Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan ekonom menilai besarnya peluang bisnis minimarket dalam meraup cuan di tengah tingginya ancaman penerapan PPKM mikro masih akan dihadapi.
Sejumlah tantangan yang dimaksud antara lain potensi penurunan indeks kepercayaan konsumen dan anggaran alokasi perlindungan sosial.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan indeks kepercayaan diri konsumen yang telah berada di atas angka 100 berpotensi turun seiring dengan kemungkinan menahan diri untuk belanja oleh masyarakat di kedua segmen.
"Akan terjadi penurunan indeks kepercayaan konsumen yang saat ini sudah di atas 100. Penurunan terjadi karena masyarakat menengah ke bawah berhemat, sedangkan kalangan menengah ke atas akan menahan belanja dan meningkatkan simpanan," ujarnya Bhima, Rabu (23/6/2021).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) sampai dengan April 2021, indeks kepercayaan konsumen di Tanah Air berada di angka 102. Indeks tersebut sebelumnya diharapkan bisa menyentuh angka 123 untuk periode yang sama.
Tidak hanya penurunan indeks kepercayaan konsumen, berkurangnya alokasi anggaran perlindungan sosial sebanyak 31,2 persen dibandingkan dengan tahun lalu juga dikatakan bakal menurunkan minat belanja masyarakat yang turut berdampak terhadap bisnis ritel segmen minimarket.
Ditambah dengan diberlakukannya pembatasan mobilitas masyarakat, kata Bhima, penjualan untuk segmen minimarket paling maksimal hanya dapat tumbuh 1 persen pada kuartal III/2021. Sementara itu, kemungkinan terburuknya bisnis minimarket bisa tumbuh negatif pada periode tersebut.
Selain itu, aksi panic buying yang diperkirakan tidak terjadi di sepanjang tahun ini membuat prediksi melesatnya bisnis minimarket masih bisa diragukan.
"Masyarakat sudah belajar bahwa aksi panic buying tidak diperlukan karena harga tidak naik sehingga tidak diperliukan pembelian di awal. Jadi, banyak masyarakat yang tidak akan melakukan panic buying," ujarnya.