Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Tekstil Gantungkan Harapan ke Kepengurusan Baru Kadin

Kepengurusan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2021-2026 diharapkan dapat lebih mendengarkan masukkan dari sektor prioritas dan unggulan industri Tanah Air.
Pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Kamis (16/4/2020). ANTARA.
Pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Kamis (16/4/2020). ANTARA.

Bisnis.com, JAKARTA — Para pelaku usaha di industri tekstil memiliki harapan yang besar untuk kepengurusan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2021-2026.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman menginginkan Kadin yang baru nantinya harus lebih mendengar dan memperjuangkan eksistensi dan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Apalagi, TPT merupakan sektor prioritas dan unggulan industri di Tanah Air.

"Kami ingin ke depan siapapun yang terpilih Kadin akan lebih aspiratif terhadap asosiasi-asosiasi sektoral," katanya kepada Bisnis, Minggu (20/6/2021).

Rizal menyebut adapun salah satu kebijkan yang ditunggu industri saat ini yakni safeguard untuk produk garmen. Menurutnya, persetujuan berbagai pihak terkait dengan safeguard itu telah rampung dan tinggal menunggu peraturan menteri keuangan atau PMK.

Dia mengharapkan PMK mengenai safeguard garmen bisa segera dirilis, mengingat kasus Covid-19 belakangan kembali melejit. Dia khawatir, lonjakan kasus Covid-19 akan memunculkan pelemahan perekonomian kembali karena kesehatan akan lebih diutamakan dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta memastikan saat ini industri TPT masih menunggu kepastian dirilisnya safeguard garmen. Selain itu, para pengusaha juga mengharapkan pemerintah melakukan revisi untuk safeguard produk kain yang sudah ada saat ini.

Menurut Redma dalam safeguard kain pemerintah perlu memasukan Malaysia karena disinyalir ada transshipment dari negara tersebut.

"Produksi kain Malaysia tidak banyak tetapi sepertinya ada transshipment karena satu jenis kain saja kenaikannya bisa 130 persen," kata Redma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper