Bisnis.com, JAKARTA - Setelah lebih dari satu tahun, penjualan ritel di Tanah Air akhirnya mampu mencetak kinerja positif pada April 2021.
Dari data Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4, atau naik 17,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-month/mtm) dan 15,6 persen dari April 2020 (year-on-year/yoy).
Angka ini adalah pertumbuhan positif pertama setelah pertumbuhan negatif selama 16 bulan berturut-turut yang disebabkan menurunnya permintaan akibat pandemi Covid-19.
Dari data BI, IPR mencetak pertumbuhan tahunan yang negatif terdalam pada Mei 2020 sebesar -20,6 persen. Berangsur-angsur, IPR mengalami perbaikian hingga tumbuh positif pada April 2020. Dalam survei ritel ini, BI mencatat pertumbuhan positif akan terjadi pada Mei 2021 dengan perkiraan 12, 9 persen.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengungkapkan responden menyampaikan peningkatan kinerja penjualan eceran didorong meningkatnya permintaan selama Ramadan didukung berbagai program potongan harga (diskon).
Peningkatan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok komoditas yang disurvei, terutama Subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau serta Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Baca Juga
"Sejalan dengan berlanjutnya kenaikan permintaan pada periode Ramadan dan Idulfitri, kinerja penjualan diprakirakan akan kembali tumbuh positif pada Mei 2021. IPR Mei 2021 diprakirakan tumbuh 1,6 persen (mtm) dan 12,9 persen (yoy), meskipun tidak setinggi pertumbuhan bulan sebelumnya," paparnya dalam siaran pers, Kamis (10/6/2021).
Perlambatan diprakirakan terutama terjadi pada Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dan Subkelompok Sandang.
Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Juli) diprakirakan sedikit meningkat, sementara pada 6 bulan mendatang (Oktober) diprakirakan menurun. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang (Juli) sebesar 142,4, sedikit meningkat dari 141,4 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEH 6 bulan yang akan datang (Oktober) sebesar 134,0, sedikit lebih rendah dari 134,9 pada bulan sebelumnya, dipengaruhi oleh distribusi barang yang lancar dan pasokan yang cukup.