Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memperkirakan neraca pembayaran (balance of payment/BoP) Indonesia pada 2021 akan mencetak surplus yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi surplus neraca pembayaran Indonesia tahun ini akan mencapai kisaran US$5 hingga US$7 miliar, naik dari tahun lalu sebesar US$2,6 miliar.
Sejalan dengan itu, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada tahun ini diperkirakan akan melebar seiring dengan terjadinya peningkatan permintaan domestik.
“Hal ini terutama terjadi pada semester II/2021. ketika surplus neraca perdagangan terlihat menyusut sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan semakin cepat,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (8/6/2021).
Dia memperkirakan CAD pada 2021 akan mencapai -1,88 persen dari PDB, melebar dari posisi tahun lalu sebesar -0,41 persen dari PDB.
Di sisi lain, Faisal memperkirakan neraca keuangan berpotensi mencatat surplus yang lebih tinggi, sehingga mendorong surplus BoP yang lebih besar.
Faktor pendorongnya, di antaranya terjadinya normalisasi aliran masuk modal asing ke pasar obligasi dan saham di tengah prospek pemulihan ekonomi yang positif, manajemen fiskal yang baik, juga penerapan UU Cipta Kerja yang secara substansial dapat memperkuat masuknya arus investasi asing langsung.
Namun demikian, masih terdapat beberapa risiko, yaitu ketidakpastian dari pemulihan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan kekhawatiran terhadap inflasi dan penarikan stimulus atau tapering off, serta kasus Covid-19 yang cenderung meningkat pasca perayaan Idulfitri.
Faisal menambahkan, surplus BoP yang tinggi akan mendukung cadangan devisa Indonesia dan juga stabilitas nilai tukar rupiah pada tahun ini.
“Kami perkirakan cadangan devisa akan mencapai US$140 hingga US$142 miliar pada akhir tahun ini,” tuturnya.