Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor China terus melonjak pada Mei, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat dari bulan sebelumnya, didorong oleh permintaan global yang kuat karena lebih banyak ekonomi di seluruh dunia dibuka. Demikian pula dengan impor yang melonjak didorong oleh kenaikan harga komoditas.
Administrasi bea cukai China mengatakan ekspor dalam dolar tumbuh 27,9 persen pada bulan dari tahun sebelumnya, lebih lemah dari perkiraan dan di bawah kecepatan pada April, tetapi masih jauh di atas tingkat pertumbuhan historis.
Impor melonjak 51,1 persen, laju tercepat sejak Maret 2010, dibandingkan dengan 53,5 persen yang diproyeksikan dalam survei. Surplus perdagangan adalah US$45,5 miliar untuk bulan tersebut.
Permintaan luar negeri untuk barang-barang China tetap kuat karena ekonomi dari Inggris hingga AS muncul dari penguncian selama berbulan-bulan, memicu belanja konsumen. Ekspor Korea Selatan, penentu utama perdagangan dunia, melonjak paling tinggi sejak 1988 pada Mei, sebuah tanda bahwa pemulihan global sedang menguat.
Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan mengatakan ekspor China akan mempertahankan momentum baiknya di paruh pertama tahun ini.
Sementara itu, kebangkitan kasus Covid-19 di India dan Asia Tenggara telah mengganggu produksi di negara-negara tersebut, kemungkinan mendorong lebih banyak pesanan ekspor ke China. Ini juga memicu permintaan dari negara-negara tersebut untuk barang-barang medis buatan China, seperti alat pelindung diri, menurut ekonom di Citigroup Inc.
Baca Juga
Harga komoditas yang lebih tinggi dan basis rendah tahun lalu terus mendorong impor. Pemulihan ekonomi yang kuat dari pandemi telah memicu permintaan untuk logam seperti tembaga dan bijih besi. Pada saat yang sama, harga barang-barang itu telah mencapai rekor, mendorong biaya untuk bisnis. Adapun pemerintah baru-baru ini meningkatkan kampanyenya untuk meredam harga dan mengekang tekanan inflasi.