Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan realisasi lifting minyak dan gas bumi tahun ini tidak mencapai target karena masih adanya tekanan pada kinerja operasional.
Kepala Dwi Soetjipto mengatakan dari gambaran aktivitas hulu migas pada kuartal I/2021, maka untuk capaian lifting migas pada akhir tahun hanya akan mencapai 1,66 juta barel minyak ekuivalen per hari (BOEPD) atau hanya mencapai 97,5 persen dari target APBN 2021 1,71 juta BOEPD.
Secara spesifik, outlook lifting minyak pada tahun ini hanya akan mencapai 682.000 barel minyak per hari (BOPD) atau 96,7 persen dari target APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD. Sebaliknya, lifting gas bumi hanya akan mencapai 5.527 MMscfd atau 98 persen dari target APBN 2021 5.638 MMscfd.
"Sehingga total berkurang 25.000 bopd dan 99 mmscfd dari target yang kita telah canangkan sebelum 2021," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Kamis (27/5/2021).
Dwi mengungkapkan upaya mencapai produksi pada tahun ini masih menemui sejumlah masalah. Sampai dengan kuartal I/2021, pihaknya menemukan masalah yakni entry point yang rendah karena laju penurunan produksi alamiah yang lebih cepat dan lebih tinggi dari prognosis di beberapa kontraktor kontrak kerja sama, sehingga terjadi kekurangan produksi sebesar 14.200 BOPD minyak dan 7 MMscfd gas bumi.
Dwi menambahkan sepanjang kuartal I/2021 telah terjadi unplanned shutdown yang menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 6.100 BOPD minyak dan 90 MMscfd gas bumi.
Baca Juga
Selain itu, mundurnya kontribusi sumur baru karena keterlambatan eksekusi kegiatan pengeboran menambah jarak realisasi produksi dengan target tahun ini sebesar 3.900 BOPD minyak dan 1 MMscfd gas bumi.
Mundurnya proyek onstream di beberapa lapangan juga berkontribusi terhadap pengurangan produksi sebesar 800 BOPD minyak bumi dan 1 MMscfd gas bumi.
Namun, Dwi mengatakan SKK Migas telah menyiapkan strategi untuk menambal jarak kurangnya produksi itu pada tahun ini agar bisa menjaga level produksi pada 700.000 BOPD pada akhir tahun nanti.
Adapun, SKK Migas menargetkan penambahan program kerja yakni pengeboran dan kegiatan workover & well service yang diharapkan menambah produksi minyak sebesar 3.500 BOPD. Optimasi produksi dari penerapan teknologi dengan skema no cure no pay ditargetkan menambah produksi minyak 800 bopd.
Strategi lainnya adalah dengan debottlenecking dan pengurasan stok yang ditargetkan menambah produksi minyak sebesar 2.400 BOPD. Optimasi penyerapan atau komersialisasi gas pada 9 KKKS ditargetkan menambal produksi gas sebesar 55 MMscfd.
Selain itu, optimasi operasi dengan efisiensi fuel dan program zero flare gas ditargetkan menambah produksi gas sebesar 20 MMscfd.
"Ke depan diharapkan 6.700 bopd dari program fill the gap dan kenaikan 55 MMscfd," jelas Dwi.
Dwi mengemukakan asumsi outlook produksi atau lifting 2021 sesuai dengan program fill the gap adalah apabila program pengeboran terlaksana tepat waktu di 77 sumur di Chevron Pacific Indonesia, 4 sumur di Pertamina Hulu Mahakam, dan 2 sumur di Pertamina Hulu Kalimantan Timur.
Aasumsi itu juga mengacu pada kegiatan well intervention yang masif di Pertamina EP. Optimasi jadwal dan durasi kegiatan planned shutdown dapat terlaksana di BP Tangguh, Exxon Cepu, dan PHE ONWJ.
Dwi mengatakan asumsi produksi 2021 juga mengacu pada tidak adanya kejadian unplanned shutdown yang signifikan hingga akhir tahun, sehingga plant availability mencapai 97,5 persen pada 2021.
"Selanjutnya juga proyek utama JTB onstream di kuartal IV/2021," ungkapnya.