Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan kinerja produksi siap jual atau lifting minyak pada tahun depan masih belum terlalu bergairah.
SKK Migas pun masih harus bekerja keras untuk menjaga laju penurunan produksi yang menjadi fokus utama pada 2022.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan pada 2022 prognosa untuk lifting minyak dan gas bumi sebesar 1,73 barel minyak ekuivalen per hari (BOEPD). Adapun untuk lifting minyak adalah sebesar 704 BOPD, sedangkan lifting gas bumi sebesar 1.036 MMscfd.
Dwi mengatakan prognosa lifting migas pada tahun depan meningkat tipis dibandingkan dengan target APBN 2021 sebesar 1,71 juta BOEPD.
Prognosa lifting minyak lebih rendah dibandingkan dengan target APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD, sedangkan prognosa lifting gas bumi meningkat tipis dibandingkan dengan target APBN 2021 1.007 MMscfd.
"Semangatnya masih semangat kerja keras semangat upaya tidak lagi decline," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Kamis (27/5/2021).
Pada tahun depan, lanjut Dwi, SKK Migas menargetkan peningkatan program kerja sesuai atau melebihi asumsi target long term plan 1 juta barel per hari. Program pengeboran diasumsikan meningkat sebesar 14 persen dari 616 sumur pada WP&B 2021 menjadi lebih dari 700 sumur pada 2022.
Sementara itu, untuk kegiatan workover dan well service masing-masing meningkat sebesar 18 persen dan 2,2 persen. Dwi menambahkan untuk anggaran cost recovery pada 2022 ditargetkan dapat dipertahankan sama dengan pada tahun ini dengan posisi US$8,1 miliar.
Dari sisi penerimaan negara, SKK Migas menargetkan dapat mengantongi US$9,7 miliar pada 2022 atau sedikit lebih rendah dari outlook penerimaan negara pada tahun ini sebesar US$9,8 miliar. Adapun dalam APBN 2021, target penerimaan negara dipatok US$7,2 miliar.
"[Tahun] 2022 karena kelihatan lifting belum banyak perubahan ada asumsi tekanan-tekanan dengan asumsi di US$60 per barel maka angka penerimaan negara US$9,7 billion," jelasnya.