Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Tekstil Impor, Bagaimana Strategi Emiten Tekstil BELL?

Secara keseluruhan, tahun ini perseroan optimis dengan pertumbuhan 8 persen yang dicanangkan tahun ini. Hal itu mengingat tahun lalu perseroan sudah mengalami penurunan cukup dalam.
Proses texturizing di fasilitas produksi PT Trisula Textile Industries Tbk. Dalam tahap ini, benang-benang filament diproses dengan temperatur dan tekanan tertentusehingga menghasilkan efek keriting, ketebalan yang elastis, dan mempunyai crimp yang tinggi. /trisulatextile.com
Proses texturizing di fasilitas produksi PT Trisula Textile Industries Tbk. Dalam tahap ini, benang-benang filament diproses dengan temperatur dan tekanan tertentusehingga menghasilkan efek keriting, ketebalan yang elastis, dan mempunyai crimp yang tinggi. /trisulatextile.com

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen tekstil dan garmen PT Trisula Textile Industries Tbk. (BELL) tak menampik derasnya produk impor telah mengganggu kinerja perseroan.

Meski demikian, Direktur Utama Trisula Textile Karsongno Wongso Djaja meyakini hal yang telah dielukan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tersebut tentu telah didengarkan oleh pemerintah. Perseroan pun memastikan segala keputusan pemerintah seperti kebijakan safeguard telah memperhatikan kepentingan industri ini.

"Saya garis bawahi di sini untuk antisipasi produk impor kami telah lakukan sebagai perusahaan yang berskema customize order kami memastikan akan memberikan produk yang lebih baik dari impor," katanya dalam jumpa media, Kamis (27/5/2021).

Karsongno menyebut dengan strategi pemberian produk yang lebih berkualitas dari impor maka konsumen dipastikan akan dapat memutuskan untuk membeli dan memilih produk yang paling layak dikenakan.

Sementara itu, pada kinerja ekspor perseroan tahun ini perseroan menyebut masih akan memilih-milih mengingat adanya resiko penguncian negara yang masih terjadi saat ini. Pasalnya, hal tersebut cukup berpengaruh dalam proses pengiriman sehingga lebih lambat dibanding kondisi normal.

"Kami punya customer di Inggris, Jepang, India, dan lainnya tetapi yang lolos sekarang hanya satu dua negara saja, jadi kami menunggu mereka dibuka," ujarnya.

Secara keseluruhan, tahun ini perseroan optimis dengan pertumbuhan 8 persen yang dicanangkan tahun ini. Hal itu mengingat tahun lalu perseroan sudah mengalami penurunan cukup dalam.

Tahun lalu perseroan harus membukukan penurunan penjualan hingga 24,6 persen menjadi Rp538 miliar karena pembatasan yang ketat. Untuk itu, target pada kisaran 8 persen tahun ini menjadi hal yang wajar mengingat sepanjang tiga bulan pertama tahun ini perseroan sudah mencetak laba.

"Tahun lalu kami juga banyak kehilangan momentum dari hari besar di mana ritel, mall dan toko banyak yang harus tutup. Tahun ini walau masih belum semeriah sebelum pandemi dan bukan hanya dari ritel kami juga menerima orderan dari brand," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper