Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena buku bajakan masih mudah ditemukan di Indonesia. Mulai dari kios dan outlet di mal hingga berbagai platform dagang elektronik (e-commerce).
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) pun menyebutkan akan mengundang tiap pemangku kepentingan untuk membahas maraknya buku bajakan yang dijual di laman-laman platform dagang-el (e-commerce).
“Kami akan undang e-commerce dan Kemendag (Kementerian Perdagangan) untuk membahas hal ini. Dan juga Dirjen HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Terima kasih atas informasinya,” ujar Deputi bidang Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi (Kemenkop) UKM Hanung Harimba Rachman saat dihubungi Bisnis, Kamis (27/5/2021).
Baca Juga : Jepang Rugi Parah Gara-gara Situs Manga Bajakan |
---|
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan saat ini memang banyak penjual buku bajakan yang beralih ke aplikasi dan platform e-commerce.
“Pembajakan buku memang dilarang. Dari ekosistem platform daring juga harus mendukung agar dipastikan tidak ada mitra penjual yang menjual buku bajakan, termasuk produk palsu lainnya sebenarnya,” katanya, Kamis (27/5/2021).
Penyebabnya, Heru meyakini bahwa buku bajakan bukan memberikan keuntungan bagi konsumen, melainkan lebih merugikan bilamana produk yang dijual adalah palsu atau bajakan padahal harga banderolnya adalah harga buku asli.
Menurutnya, dari platform e-commerce diharapkan dapat meningkatkan pembaruan teknologi kurasi produk yang dijual.
“Teknologi makin canggih, platform daring harus melakukan pengecekan terhadap barang yang dijual. Bisa saja dengan kecerdasan buatan, ketika ada pembeli memberikan testimoni bahwa produk palsu, maka penjual diblokir sementara sampai ada klarifikasi benar tidak nya menjual produk bajakan,” ujarnya.
Namun, Heru mengatakan platform dagang elektronik juga tidak bisa menjadi sasaran untuk disalahkan, di mana masyarakat dan pemerintah punya andil untuk saling mengedukasi terhadap pembajakan buku dan ciri-cirinya.
“Bagi para pembeli, pastikan memberikan testimoni jika buku atau produk yang dijual adalah palsu, bajakan atau ilegal agar calon pembeli lainnya tahu tentang itu dan bisa terhindar dari penipuan,” katanya.
Sebagai informasi, maraknya buku bajakan yang dijual di laman-laman platform dagang-el (e-commerce) mengundang reaksi keras dari banyak penulis Indonesia, mulai dari Tere Liye, Joko Pinurbo, Raditya Dika, Ika Natassa, Marchella Febritrisia Putri, dan lainnya melalui unggahan pada platform media masing-masing.
Salah satunya, Tere Liye melalui laman Facebooknya mengunggah serangkaian tulisan bernada keras terhadap pembajakan buku, termasuk pembeli buku bajakan.
"Buku Tere Liye yang dijual di Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, dan lainnya dengan harga Rp 20.000—Rp 30.000, nyaris 100 persen bisa dipastikan bajakan," katanya, seperti dikutip Bisnis, Kamis (27/5/2021).