Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chatib Basri Sebut Krisis Dapat Ubah Perspektif dalam Intervensi Pemerintah

Mantan Menteri Keuangan era Presiden SBY tersebut lalu mencontohkan krisis global yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 saat ini. Dengan adanya krisis, menurut Chatib seluruh dunia mencoba untuk beradaptasi dengan mengambil peran untuk mengintervensi.
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Chatib Basri menilai krisis finansial secara global memberi pelajaran kepada dunia bahwa terdapat ruang bagi intervensi pemerintah, terutama di bawah regulasi di sektor keuangan.

"Saya dulu berada di dalam pemerintahan dan harus berurusan dengan krisis keuangan global pada saat itu. Kami belajar bahwa kami juga perlu mengatur sektor keuangan," ujar Chatib dalam wawancaranya dengan Age of Economics yang dikutip Bisnis, Senin (24/5/2021).

Mantan Menteri Keuangan era Presiden SBY tersebut lalu mencontohkan krisis global yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 saat ini. Dengan adanya krisis, menurut Chatib seluruh dunia mencoba untuk beradaptasi dengan mengambil peran untuk mengintervensi.

"Hampir semua negara di dunia sekarang melakukan stimulus fiskal, menyediakan bantuan terhadap orang-orang dan usaha masyarakat kecil dan menengah (UMKM)," jelasnya.

Padahal, menurut Chatib, pada sekitar tahun 1980-an terjadi perubahan di mana deregulasi ekonomi terjadi di dunia. Peran pemerintah menjadi terbatas dalam intervensi terhadap perekonomian.

Jauh sebelum pandemi, di Indonesia perubahan juga sempat terjadi pada sekitar 1970-an. Chatib mencontohkan pada era tersebut terdapat banyak intervensi pemerintah, karena dulu Indonesia merupakan negara eksportir minyak.

Setelah jatuhnya harga minyak di pertengahan 1980-an, pemerintah Indonesia mulai memikirkan untuk deregulasi ekonomi. Hal tersebut akhirnya membatasi peran pemerintah dalam mengintervensi.

"Bagi saya, ideologi memainkan peran sebagai dampak daripada penyebab. Karena kita tidak memiliki uang, maka kita menjadi lebih pragmatis, kita berpindah ke pasar. Bukan karena alasan ideologi," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper