Bisnis.com, JAKARTA — Perajin tahu dan tempe memilih untuk mengurangi produksi sampai 30 persen demi menekan biaya produksi seiring dengan berlanjutnya kenaikan harga kedelai. Para produsen juga dihadapkan dengan dilema penyesuaian harga di tingkat konsumen.
Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengatakan penurunan produksi mulai dilakukan oleh perajin di wilayah Jawa Barat. Hal ini dilakukan demi menekan kerugian yang bisa timbul karena perajin tidak bisa langsung menaikkan harga jual tahu dan tempe.
“Harga kedelai sudah naik Rp400 per kilogram, tetapi kami belum bisa menaikkan harga tahu dan tempe, sehingga kami memilih mengurangi produksi 30 persen karena pertimbangan modal. Kalau sebelumnya modal sekian bisa dapat 100 kilogram kedelai, sekarang hanya bisa dapat 70 kilogram saja,” kata Aip, Jumat (21/5/2021).
Aip mengatakan sejumlah perajin telah mulai menyuarakan niat untuk mogok produksi seperti yang terjadi pada awal 2021. Namun niat tersebut berhasil diredam demi menjaga stabilitas pasar.
“Sebenarnya kami sudah ingin menaikkan harga jual, tetapi kan ada pelanggan dan pedagang yang harus dijaga,” lanjutnya.
Menyikapi situasi harga kedelai yang tak kunjung membaik, Aip berharap pemerintah dapat menata kembali tata niaga kedelai impor sehingga tidak menguntungkan segelintir pihak saja. Sebagai contoh, kenaikan harga kedelai impor bisa langsung direspons importir dengan menaikkan harga jual ke perajin, tetapi hal serupa tidak bisa dilakukan perajin dengan pertimbangan stabilitas harga di pasar.
“Mestinya sistem perdagangan kedelai yang sekarang perlu diperbaiki sehingga menguntungkan semua pihak. Sekarang ini harga kedelai naik terus memang karena harga dunia, dengan demikian importir bisa tetap untung. Untuk itu perlu cara pengaturan yang menguntungkan semuanya,” ujar Aip.
Salah satu kebijakan yang diusulkan adalah pemberian subsidi kepada perajin agar bisa tetap memproduksi sesuai dengan harga ideal. Namun dia mengakui bahwa kebijakan tersebut sulit diterapkan pada situasi perekonomian.
“Mungkin regulasinya yang diperbaiki agar semua sama-sama merasakan situasi yang lebih adil,” katanya.
Koperasi perajin tahu dan tempe sendiri telah menyurati Presiden RI atas kesulitan dan beban yang dihadapi perajin akibat kenaikan harga bahan baku. Dalam surat edaran Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Jawa Barat tertanggal 20 Mei 2021 berisi sosialisasi kenaikan harga kedelai, pengurus pusat meminta para koperasi untuk melakukan pendekatan kepada pada perajin untuk mengurangi produksi sesuai kemampuan, sekaligus menaikkan harga tempe dan tahu maksimal 30 persen. Langkah ini diambil sembari merespons solusi lebih lanjut dari pemerintah.
“Kalau dipandang perlu, koordinasi dengan pihak terkait juga bisa dilakukan untuk melakukan langkah konkret dalam menyuarakan keluhan mengenai kenaikan harga kedelai di atas kewajaran dan kemampuan perajin tempe tahu,” demikian bunyi surat tersebut.