Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Olahan Daging Teriak, Minta Pembebasan Aturan Impor

Saat ini harga bahan baku daging kerbau India Oktober 2020 sekitar Rp52.000 per kilogram dan pada Mei 2021 sudah menjadi Rp89.000 per kilogram.
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen. (Foto diambil sebelum pandemi Covid-19). /Antara-Aprillio Akbar
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen. (Foto diambil sebelum pandemi Covid-19). /Antara-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA — Industri olahan daging meminta pembebasan aturan untuk impor bahan baku dengan spesifikasi khusus yang tidak ada di dalam negeri serta dilakukan oleh importir produsen.

Ketua Umum National Meat Producer Association (Nampa) Ishana Mahisa mengatakan jika hal tersebut bisa dilakukan maka akan ada nilai tambah dari penyerapan tenaga kerja, penambahan investasi, pajak, dan menjadi substitusi impor produk jadi.

Ishana menyebut isu kenaikan bahan baku saat ini telah membuat biaya produksi naik. Sebagai contoh, harga bahan baku daging kerbau India Oktober 2020 sekitar Rp52.000 per kilogram dan pada Mei 2021 sudah menjadi Rp89.000 per kilogram.

"Padahal daging kerbau ini hanya bisa diimpor oleh BUMN dan ternyata hanya terjadi di Indonesia harga daging kerbau keperluan industri harganya lebih tinggi dari harga daging sapi," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/5/2021).

Ishana mengemukakan selain kerbau kenaikan bahan baku lain seperti daging ayam, dan bahan pembantu lainnya juga telah menyebabkan biaya produksi naik sementara harga jual tidak bisa langsung ikut menyesuaikan, karena daya beli yang belum pulih.

Oleh karena itu, dia meminta pemangku kebijakan terkait dapat menyelidiki hal kenaikan yang sudah terjadi di luar kewajaran tersebut. 

Dia menyebut saat ini daging keperluan industri dari Australia tidak banyak diharapkan karena harganya semakin mahal. 

"Kalau industri impor sendiri daging perkiraan harga sampai Jakarta masih bisa di bawah Rp50.000, jadi bisa dibayangkan selisih harga yang tinggi ini membuat industri dalam negeri tidak bisa berdaya saing," ujarnya.

Ishana pun menyoroti saat ini Malaysia bisa melakukan impor daging kerbau setahun sekitar 130.000 ton, padahal penduduknya hanya sepersembilan dari penduduk indonesia. Untuk itu sebaiknya Indonesia mulai mengevaluasi kadar asupan protein yang rendah karena akibat harga protein yang tinggi.

"Malaysia bisa lebih smart, mereka impor dengan harga lebih murah dan industri dapat memanfaatkan bahan baku dengan daya saing yang tinggi," kata Ishana.

Ishana berharap agar Indonesia bisa mengikuti Malaysia yakni impor daging kerbau keperluan industri dilakukan oleh importir produsen sehingga tidak ada biaya-biaya tambahan lain. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper