Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog memastikan tidak ada impor beras yang dilakukan untuk cadangan beras pemerintah (CBP) hingga akhir tahun ini.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan dengan penyerapan beras dalam negeri yang berlanjut dan penyaluran lewat kanal penyaluran yang ada, stok kelolaan diramal berada posisi aman sebagaimana amanat pemerintah.
“Bulog sampai saat ini punya stok yang hampir mendekati 1,5 juta ton. Kami masih mungkin menyerap sampai Juni karena ada sisa-sisa panen Mei sehingga jumlah stok tetap akan bertambah,” kata Budi dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Selasa (18/5/2021).
Per 17 Mei 2021, stok beras yang dikelola Bulog di gudangnya mencapai 1,39 juta ton. Stok ini terdiri atas 1,37 juta ton CBP dan 17.329 ton beras komersial yang berasal dari 670.916 ton penyerapan beras dalam negeri sejak Januari 2021.
Dengan kondisi stok saat ini, Budi mengatakan Bulog telah memenuhi kriteria stok CBP yang diamanatkan pemerintah di angka 1 sampai 1,5 juta ton. Perusahaan pun berencana kembali menyerap beras kala panen putaran selanjutnya yang jatuh pada Agustus dan September.
“Ketentuan pemerintah soal CBP di angka 1 sampai 1,5 juta ton sebenarnya sudah dipenuhi. Jadi kami bisa menjamin bahwa sampai akhir tahun ini, kemungkinan tidak akan mengimpor beras dari luar negeri karena untuk kebutuhan CBP sudah terpenuhi,” katanya.
Baca Juga
Proyeksi stok yang aman sampai akhir tahun, lanjut Budi, bisa dicapai jika perusahaan hanya menyalurkan beras lewat kanal kegiatan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH), tanggap darurat bencana, dan penyaluran secara komersial. Berdasarkan kalkulasi dua tahun terakhir, perusahaan rata-rata hanya menyalurkan maksimal 600.000 ton dalam satu tahun.
Dengan serapan yang mendekati 700.000 ton, Budi mengatakan Bulog baru bisa menyalurkan 185.429 ton sejak awal tahun. Penyaluran terdiri atas 152.497 ton beras untuk KPSH, 2.431 ton untuk darurat bencana, dan 30.501 ton beras komersial. Di sisi lain, pemerintah sebelumnya memberi tugas pada Bulog untuk bisa menyerap 900.000 ton beras sampai Juni.
“Jadi ini penyaluran yang sangat kecil. Akan menimbulkan persoalan jika kami menyerap sampai 670.000 ton beras baru, justru bisa bermasalah pada masa mendatang jika tidak dipakai negara. Ini bisa menambah beban beras yang berpotensi turun mutu yang sekarang sudah mencapai 412.000 ton,” kata dia.
Karena itu, Budi kembali menyuarakan permintaan agar permasalahan penyaluran Bulog bisa segera dirampungkan. Dia menyebutkan stok CBP sisa impor 2018 dan pengadaan 2018 dan 2019 yang masih tersimpan di gudang telah menyedot banyak biaya perawatan.
“Kami sedang meminta kepastian dari pemerintah, kami sampaikan CBP ini kepastiannya untuk apa karena sampai saat ini belum ada kepastian penggunaannya. Kami juga tidak mau mengulangi hal yang sama [kualitas beras turun],” kata Budi.