Bisnis.com, JAKARTA — Kendati diproyeksi mulai pulih tahun ini, industri alat berat tidak lepas dari tantangan produksi selayaknya industri lain. Salah satunya karena material yang mulai langka.
Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin mengatakan secara postur tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) alat berat dalam negeri sudah mencapai lebih dari 40 persen. Alhasil, sejumlah material sudah dapat diperoleh dari dalam negeri hanya sebagian dari Korea Selatan dan Jepang.
Namun, tekanan pandemi Covid-19 sejak tahun lalu cukup meruntuhkan industri komponen di mana banyak yang mengurangi karyawan hingga tutup.
"Jadi, tahun ini Hinabi sudah konfirmasi pasti akan naik, tetapi ada kendala material. Alat berat ini memang seperti roller coaster, kalau lagi naik gila-gilaan, tetapi kalau turun juga gila-gilaan. Nah, komponen sekarang tidak siap," katanya kepada Bisnis, Selasa (4/5/2021).
Jamaludin mengatakan tak hanya langka, sejumlah material juga mengalami kenaikan harga. Untuk itu, Hinabi bahkan menggencarkan strategi efisiensi dengan melakukan order secara bersama antar-perusahaan dan anggotanya.
Hal itu guna mencapai minimum order dan mendapat harga lebih rendah. Pasalnya, jika kenaikan harga material mengakselerasi kenaikan alat berat, konsumen akan lebih memilih membeli impor.
"Pokoknya tahun ini dan tahun lalu itu sama-sama stres, tapi dulu stres yang menyedihkan karena sulit menjual dan sekarang stres yang menyenangkan karena permintaan tinggi," ujarnya.
Sisi lain, dengan kinerja yang di bawah tekanan pandemi Covid-19 tahun lalu Hinabi mencatat adanya pemutusan hubungan kerja sekitar 4.000 orang dengan capaian produksi alat berat terburuk sejak 2010.