Bisnis.com, JAKARTA – Setelah sebelumnya berhasil menggarap proyek sistem transporatsi rel angkutan cepat di Jakarta dalam Proyek MRT CP 106 rute Dukuh Atas – Bundaran HI, tahun ini PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) kembali dipercaya oleh PT MRT Jakarta (Perseroda) (MRT Jakarta) untuk menggarap Fase 2A rute (Bundaran HI – Kota) sepanjang 6,3 kilometer.
Bertempat di Pelataran Museum Fatahillah Jakarta Barat, penandatanganan Kontrak Proyek MRT Fase 2A CP 203 dilakukan secara offline antara MRT Jakarta dan Kontraktor Sumitomo Mitsui Construction Company Jakarta (SMCC) dan Hutama Karya Join Operation (SMCC-HK JO) pada Selasa (20/4) dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Foto: dok. PT Hutama Karya
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim dan Satoshi Tanitomo mewakili konsorsium SMCC-HK JO dan turut disaksikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji, Chief Representative JICA Indonesia Ogawa Shinerogi, serta Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar. Turut hadir mewakili Hutama Karya dalam penandatanganan kontrak yakni Direktur Operasi I Novias Nurendra dan Executive Vice President (EVP) Divisi Sipil Umum, Ari Asmoko.
Direktur Operasi I Hutama Karya Novias Nurendra mengatakan bahwa pembangunan fase 2 merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional.
Dalam proyek senilai 4,6 Triliun ini Hutama Karya dan SMCC telah melakukan pembagian tugas, dimana dalam pengerjaannya Hutama Karya akan menggunakan teknologi dalam pembuatan terowongan yaitu dengan metode TBM (Tunnel Boring Machine). Mesin TBM tersebut akan difabrikasi langsung dari Jepang, dan akan dikirim ke Indonesia dengan mengunakan kontainer melalui jalur laut, kemudian diinstalasi setelah tiba di lokasi.
Foto: dok. PT Hutama Karya
Cutterhead TBM yang berada di bagian depan akan bergerak secara simultan dengan menggerus tanah secara perlahan, dengan dibantu mata bor yang bisa mengeluarkan air agar tanah menjadi lunak. Setelah melalui proses tersebut akan dipasang precast beton secara segmental untuk membentuk jalur trowongan. Dikarenakan lokasi Stasiun MRT yang berada di sekitar 2-3 level di bawah permukaan tanah maka dilakukan metode penggalian dari atas ke bawah (top down).
Cutterhead TBM yang berada di bagian depan akan bergerak secara simultan dengan menggerus tanah secara perlahan, dengan dibantu mata bor yang bisa mengeluarkan air agar tanah menjadi lunak. Setelah melalui proses tersebut akan dipasang precast beton secara segmental untuk membentuk jalur trowongan. Dikarenakan lokasi Stasiun MRT yang berada di sekitar 2-3 level di bawah permukaan tanah maka dilakukan metode penggalian dari atas ke bawah (top down).
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa hal yang menarik dari proyek ini adalah design dan build dengan masa konstruksi kurang lebih 5 tahun, karena bersinggungan langsung dengan cagar budaya, pusat bisnis, dan transportasi.
Foto: dok. PT Hutama Karya
“Pembangunan paket kontrak ini juga akan terintegrasi dengan penataan konsep kota tua yaitu mengedepankan penataan area pejalan kaki dan manajemen rekayasa lalu lintas. Sehingga kami dari pihak kontraktor sendiri akan berkoordinasi penuh dengan dinas terkait dan masyarakat sekitar demi memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Terakhir, kami juga memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan konstruksi nantinya tidak menganggu aktivitas dan kenyamanan pengguna jalan mengingat bahwa kawasan tersebut merupakan salah satu jalan protokol utama di ibukota,” tutup Novias Nurendra, Direktur Operasi I Hutama Karya.
Keberadaan Proyek Pembangunan MRT Jakarta Fase 2A Paket CP 203 akan mendukung pengembangan Kawasan Kota Tua dimana dapat melanjutkan rute ke arah utara dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Jakarta Kota dengan 7 titik stasiun antara lain Stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok dan Jakarta Kota.
Dikarenakan pembangunan proyek ini masih dalam kondisi pandemi covid-19 ini tentunya SMCC dan Hutama Karya memastikan akan selalu melakukan pengawasan dan pencegahan penyebaran virus tersebut melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat di lingkungan proyek seperti selalu mencuci tangan, menggunakan masker dan mengecek suhu tubuh sebelum memasuki area proyek dan kantor.
Pembangunan ini diharapkan akan membangun konektivitas antarmoda di Jakarta sekaligus mengurai kemacetan di sekitar daerah tersebut serta meningkatkan wisatawan yang ingin mengarah ke Kota Tua Jakarta.