Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mencatat kinerja sektor pendukung bangunan mulai menggeliat kendati masih hanya didorong oleh proyek properti.
Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan menilai sektor konstruksi dan infrastruktur masih membutuhkan sedikit waktu.
Dia mengatakan hal itu terlihat dari utilisasi industri, di mana permintaan yang lebih tinggi dari sektor ritel dan properti telah mengerek hingga lebih dari 75 persen.
"Jadi yang lebih ke properti sudah bagus, yang infrastruktur kaitannya dengan anggaran pemerintah pusat dan daerah masih menunggu pengerjaan proyek karena awal tahun masih masa lelang. Kemungkinan akan membaik setelah semester I/2021 nanti," katanya kepada Bisnis, Senin (26/4/2021).
Adie merinci untuk industri keramik per Maret 2021 utilisasi telah mencapai level 75 persen dan kaca lembaran lebih baik lagi yakni 80 persen.
Adapun untuk semen masih di level 52 persen dan bahan galian non logam masih 50 persen.
Adie sebelumnya mencatatkan kinerja yang masih negatif pada sepanjang dua bulan pertama tahun ini. "Jadi Januari dan Februari masih minus 9,13 persen yoy. Mungkin keramik yang masih cukup lumayan. Kami ini 30 persen diserap proyek konstruksi dan 70 persen properti untuk itu pelaku usaha sangat menyambut baik adanya insentif untuk perumahan saat ini," katanya.
Adie mengemukakan pihaknya selaku pembina industri sektor ini turut berharap insentif pembelian rumah dapat merangsang permintaan pasar dan memicu pembangunan proyek-proyek rumah baru lainnya.
Pada prinsipnya, lanjut Adie, dunia usaha saat ini optimistis dengan kegiatan vaksinasi yang sedang berlangsung akan mulai memulihkan ekonomi. Meski demikian, industri pendukung bangunan tahun ini belum akan menilai tahun ini kembali pada normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
"Tahun ini proyeksinya masih akan naik 2,32 persen tetapi pada tahun-tahun selanjutnya akan terus naik perlahan seperti 2022 menjadi 4,01 persen dan naik seterusnya," ujar Adie.
Sementara itu, stimulus yang dialirkan pemerintah ke industri properti terbukti manjur mendongkrak penjualan emiten pada awal tahun ini. Dari data yang dihimpun Bisnis, pendapatan prapenjualan atau marketing sales perusahaan terbuka di sektor properti terpantau tumbuh dobel digit. Kenaikan marketing sales tertinggi pada kuartal I/2021 dicetak oleh PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) sebesar 67 persen secara tahunan menjadi Rp1,9 trliun
Berikutnya prapenjualan entitas Grup Sinar Mas yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) naik 39,66 persen menjadi Rp2,5 triliun
Sementara itu PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) menjadi yang paling besar merealisasikan target marketing sales tahun ini dengan prapenjualan Rp1,3 triliun.
Pada awal tahun ini, Bank Indonesia menetapkan Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) sebesar 100 persen untuk kredit properti. Konsumen kini tidak perlu membayar uang muka (down payment) mulai 1 Maret 2021 karena bakal ditanggung oleh perbankan.
Selain itu, pemerintah juga merilis insentif berupa Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.21/2021 yang berisi insentif PPN 100 persen untuk rumah tapak/rumah susun dengan harga maksimal Rp2 miliar