Bisnis.com, JAKARTA — Industri pengecoran logam menyebut akan fokus dalam peningkatan mutu sesuai dengan komitmen penyediaan produk yang berkualitas untuk industri pengguna.
Salah satu upaya dengan mengundang investasi berteknologi baru dan mempertemukan industri dalam negeri dan mancanegara.
Ketua Umum Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo) Achmad Safiun mengatakan peluang pertumbuhan industri pengecoran logam masih akan sangat prospektif ke depan mengingat hampir seluruh industri membutuhkan produk pengecoran logam.
Oleh karena itu, kendati dihantam pandemi industri ini masih mampu menjaga utilisasi pada level 50-60 persen atau hanya turun sedikit dari kondisi sebelum pandemi, yakni 60-70 persen.
Selanjutnya, Aplindo akan melanjutkan agenda pameran International Metal Technology (IMT) pada Oktober 2021 ini di Jakarta International Expo, Kemayoran yang tertunda sejak tahun lalu.
"Tahun ini kami ingin semua industri mulai naik, kami juga akan mendengungkan teknologi yang lebih maju melalui pameran," katanya kepada Bisnis, Rabu (21/4/2021).
Sayangnya, Safiun menyebut kondisi pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri untuk mempertemukan para pelaku industri.
Aplindo tengah mengupayakan melalui Kementerian Pariwisata agar izin partisipan masuk dapat dipermudah. Pada prinsipnya, lanjut Safiun izin pameran secara langsung sudah didapatkan tinggal kemudahan partisipan untuk hadir di sini.
"Saya belum bisa taksir proyeksi transaksi dari pameran ini, yang pasti akan besar karena ini berkaitan dengan hampir seluruh industri," ujarnya.
Adapun pameran IMT akan berfokus pada kebutuhan untuk menghadirkan teknologi pemrosesan logam, pengecoran, teknologi casting, pabrikasi, dan solusi metalurgi yang diperlukan oleh pemain domestik yang kompetitif. IMT pun akan membuka pasar logam Indonesia untuk kontribusi dunia.
IMT Indonesia bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri logam Indonesia dengan mendorong pertukaran perdagangan antara dunia, pemain industri logam regional maupun lokal.
Menurut Safiun pabrikan domestik dan asing terkemuka yang mewakili spektrum lengkap rantai pasokan logam akan membawa teknologi terbaru mereka untuk memacu perkembangan industri logam Indonesia.
Pameran ini juga mengintegrasikan seluruh industri, dari hulu, tengah ke hilir, menghubungkan semua segmen penting dari rantai pasokan.
Safiun menyebut pameran ini juga untuk menunjukkan perkembangan luas industri logam Indonesia yang tumbuh menuju standar internasional.
Pada sisi lain, Safiun menambahkan pemerintah juga sudah memberikan pengawasan yang lebih ketat pada impor baja saat ini. Artinya pelaku usaha nasional didorong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri secara penuh.
Saat ini total kemampuan produksi baja nasional hanya sebesar 8 juta ton, sedangkan kebutuhan sekitar 14 juta ton. Alhasil, ada selisih 6 juta ton yang menjadi peluang ekspansi produksi dalam negeri ke depan.
Sementara untuk aluminium kebutuhannya 900.000 ton dan di Tanah Air hanya Inalum yang sudah memproduksi dengan kapasitas 250.000 ton.