Bisnis.com, JAKARTA – Maju dalam bursa pemilihan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2021 - 2026, Arsjad Rasjid membeberkan visi misinya jika dirinya dipercaya mengemban jabatan tersebut.
Arsjad Rasjid yang kini menjabat senagai Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional mengatakan posisi Kadin Indonesia saat ini tak bisa hanya mengandalkan dukungan pemerintah semata.
Namun juga harus mampu meningkatkan kualitas hubungan industrial dan menjaga iklim usaha yang kondusif.
Sebagai Calon Ketua Umum Kadin Indonesia 2021- 2026, dia berkomitmen memperkuat dan menghadirkan Kadin baru yang lebih inklusif dan kolaboratif.
Penekanan terhadap komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah akan dibuat lebih terstruktur, termasuk mendorong peran aktif dan melibatkan seluruh asosiasi yang ada di Indonesia dalam prosesnya.
Di samping, fokus utama Arsjad adalah memulihkan kesehatan guna membangkitkan ekonomi.
Baca Juga
“Saya percaya ke depannya, Kadin Indonesia bisa mengambil peran penting sebagai partner utama pemerintah dalam mendukung capaian program prioritas nasional. Sebagai Caketum, saya punya visi-misi untuk lebih mendorong keterlibatan pihak swasta di dalam pemulihan ekonomi nasional, termasuk menciptakan kolaborasi dan sinergi antara swasta dan BUMN. Tanpa peran aktif swasta, saya yakin perekonomian Tanah Air akan rapuh,” ujarnya, Rabu (21/4/2021).
Dia pun lantas menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada kuartal I-2c021 diprediksi masih mengalami minus di kisaran -1 persen hingga -0,1persen secara year on year (yoy). Hal tersebut dikemukakan langsung oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengharapkan adanya perubahan positif terkait ekonomi nasional di kuartal II-2021. Menurutnya, kuartal II adalah periode penentuan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia selanjutnya. Guna merealisasikan target tersebut, Jokowi mendorong seluruh pihak terutama kepala daerah dari level provinsi, kabupaten, dan kota untuk tidak memperlambat pemberian izin investasi.
Pasalnya, terbukanya lahan investasi baru akan mengerek terciptanya lapangan kerja yang lebih luas. Diketahui pandemi Covid-19 memberi imbas terhadap 30 juta pekerja di Indonesia, mulai dari pengurangan jam kerja hingga yang terburuk yakni pemutusan kerja sepihak atau PHK.
Arsjad yang juga Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. (INDY) menilai pandemi yang berlangsung hampir 13 bulan memang telah mengubah landscape industri Tanah Air.
“Pandemi Covid-19 telah menghentikan laju pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga tugas kita adalah bekerjasama memulihkannya kembali. Beberapa bulan terakhir upaya pemulihan sudah mulai terlihat, meski masih tetap jauh kondisinya jika dibandingkan kondisi normal seperti tahun 2019,” imbhhnya.
Dalam menggairahkan kembali perekonomian, Arsjad menegaskan bahwa seluruh pihak terkait harus memahami dengan jelas kondisi industri nasional secara menyeluruh. Sehingga bisa menentukan strategi dan treatment yang spesifik secara tepat bagi industri yang terdampak. Terutama pada industri unggulan yang memiliki multiplier effect yang kuat, seperti program transformasi dan hilirisasi yang dijalankan pemerintah.
“Maka dari itu, pendekatan one size-fits all atau satu solusi untuk semua tidak bisa diterapkan. Sebab dampak yang dialami oleh setiap industri berbeda-beda, sehingga memerlukan penanganan dan stimulus ekonomi yang berbeda pula,” tegasnya.
Arsjad mengungkapkan selama pandemi ada sejumlah industri yang mengalami kontraksi akibat menurunnya permintaan dan pasokan, namun ada juga beberapa sektor yang masih stabil bahkan mengalami surplus.
Industri kesehatan dan pertanian yang esensial relatif tidak terdampak pandemi. Sebaliknya, menunjukkan pertumbuhan kuat di 2020. Sektor pertanian sendiri didorong oleh peningkatan produksi terutama tanaman pangan dan sayuran.
Di lain sisi, sektor manufaktur dan konstruksi yang punya kontribusi cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) justru sangat terdampak. Oleh karenanya, kedua sektor ini perlu mendapat perhatian penuh dan stimulus dari pemerintah.
Industri manufaktur mengalami pertumbuhan negatif hingga kuartal IV 2020 dengan catatan minus 3,1 persen. Padahal manufaktur bisa menjadi industri unggulan dengan kontribusi PDB sebesar 20,8 persen pada tahun 2020, serta mampu menyerap 14 persen tenaga kerja nasional dan memiliki multiplier effect yang besar.
Adapun, sektor konstruksi berkontribusi 10,1 persen terhadap PDB, namun sangat terdampak karena kapasitas utilisasi yang rendah dan menurunnya permintaan terhadap properti di saat pandemi.
.