Bisnis.com, JAKARTA - Pinjaman lunak untuk biro perjalanan wisata dinilai tidak akan menjadi jawaban yang solutif dalam membantu pelaku usaha sektor tersebut untuk memanfaatkan momentum reopening destinasi wisatawan RI bagi wisatawan mancanegara pada Juni mendatang.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani mengatakan pemberian pinjaman lunak pada saat sisi permintaan belum stabil justru berisiko menimbulkan terjadinya gagal bayar.
“Memberikan pinjaman lunak untuk modal kerja sebelum ada permintaan, nanti malah akan menjadi kredit macet,” ujarnya Selasa (20/4/2021).
Menurutnya, bantuan untuk biro perjalanan wisata akan lebih baik jika disalurkan dalam bentuk insentif yang ditujukan untuk membangun permintaan. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada perusahaan di sektor tersebut yang ditujukan untuk membangun demand side melalui program diskon.
“Jadi, sisi demand-nya kena, supply-nya juga kena,” sambungnya.
Dengan demikian, kata Aviliani, pinjaman lunak saat ini dinilai belum cocok untuk dijadikan bantuan bagi biro perjalanan wisata karena hanya akan menjadi beban utang bagi perusahaan.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, pinjaman lunak menjadi opsi paling masuk akal yang dimiliki oleh biro perjalanan wisata agar mampu memanfaatkan momentum pembukaan kembali pintu pariwisata bagi wisatawan mancanegara di sejumlah destinasi khusus pada Juni 2021.
Bantuan dari pemerintah berupa dana hibah senilai Rp3,7 triliun dan restrukturisasi utang dinilai tidak cukup untuk membantu pelaku usaha biro perjalanan wisata untuk keluar dari situasi sulit, apalagi memanfaatkan momentum.