Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat pengangguran Australia turun lebih jauh pada Maret karena penguatan sentimen dikombinasikan dengan rekor suku bunga rendah yang mempercepat pemulihan ekonomi.
Tingkat pengangguran turun menjadi 5,6 persen dari 5,8 persen pada Februari. Tingkat ketenagakerjaan melonjak 70.700 pada Maret, dua kali lipat dari kenaikan 35.000 yang diharapkan.
Tingkat partisipasi naik menjadi 66,3 persen, juga melebihi perkiraan ekonom sebesar 66,1 persen, dan tertinggi pada data pada 1978.
"Pekerjaan dan jam kerja pada Maret 2021 sama-sama lebih tinggi dari Maret 2020, naik 0,6 persen dan 1,2 persen," Kepala Statistik Tenaga Kerja di Biro Statistik Australia (ABS) Bjorn Jarvis.
Dia menambahkan proporsi pekerja wanita mencapai tingkat tertinggi yang pernah ada.
Ekonomi sedang mengalami lonjakan karena stimulus mendorong rumah tangga berbelanja dan perusahaan mempertimbangkan untuk berinvestasi.
Baca Juga
Hal itu mendorong peningkatan perekrutan dan warga Australia untuk melanjutkan pencarian pekerjaan, memperbesar angkatan kerja dan semakin memperkuat prospek ekonomi.
Reserve Bank of Australia pada Februari menggandakan program pelonggaran kuantitatif menjadi 200 miliar dolar Australia (US$ 155 miliar) dan menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga paling cepat hingga 2024.
"Di seluruh negara bagian, Australia Barat dan Queensland memimpin peningkatan lapangan kerja, dengan kedua negara bagian sekarang beroperasi jauh di atas tingkat sebelum Covid," kata Sarah Hunter, kepala ekonom untuk BIS Oxford Economics.
“Pemulihan dalam investasi pertambangan dan dalam kasus Queensland, peningkatan migrasi antar negara bagian telah mengakibatkan perekonomian mereka berkinerja lebih baik,” lanjutnya.
Perkiraan bank sentral pada Februari menunjukkan tingkat pengangguran turun menjadi sekitar 6 persen pada akhir tahun ini dan 5,5 persen pada akhir 2022.
Dalam skenario optimistis, tingkat pengangguran akan turun menjadi 4,75 persen pada akhir tahun depan. Reserve Bank of Australia akan merilis perkiraan terbaru bulan depan.
Berakhirnya program subsidi bertajuk JobKeeper pada 28 Maret lalu yang dirancang untuk membuat pekerja tetap terikat pada perusahaan, dapat mengganggu kinerja pasar tenaga kerja yang luar biasa.
Departemen Keuangan memperkirakan bahwa pemangkasan program ini dapat mengakibatkan hilangnya 150.000 pekerjaan.
ABS mengatakan hari ini bahwa data angkatan kerja dikumpulkan selama paruh pertama pada Maret, sebelum berakhirnya JobKeeper.
Sementara itu, laporan sentimen minggu ini menunjukkan indeks kondisi bisnis melonjak ke rekor tertinggi dan kepercayaan konsumen melonjak ke level tertinggi sejak 2010. Itu menunjukkan sedikit perhatian dari rumah tangga dan perusahaan tentang penghentian JobKeeper.
Sally Sinclair, Ketua Asosiasi Layanan Ketenagakerjaan Nasional yang membantu para pengangguran untuk bekerja di Australia, khawatir berakhirnya subsidi upah akan menambah masalah yang ada.