Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo : Prospek Ekspor Positif, Kinerja Impor Dibayangi Pelemahan

Pelaku usaha memperkirakan impor masih bisa naik setidaknya sampai Lebaran yang datang bersamaan dengan momentum konsumsi yang tinggi.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi perdagangan pada Maret 2021 dipandang pelaku usaha telah memperlihatkan kinerja yang positif. Ekspor dan impor yang naik signifikan secara bulanan maupun tahunan di hampir seluruh kelompok barang menjadi indikasi ekonomi Indonesia telah cukup agresif memanfaatkan peluang pasar internasional untuk mempercepat pemulihan.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani memperkirakan ekspor Indonesia bisa melanjutkan tren pertumbuhan selama produksi produk berorientasi ekspor terus digenjot. Hal ini akan makin optimal jika diiringi dengan agresivitas dalam penetrasi pasar dan pemberian fasilitasi ekspor kepada pelaku usaha.

“Kami sangat yakin kinerja ini bisa dipertahankan karena permintaan di pasar internasional sangat baik pertumbuhannya dan kuat sejak kuartal keempat 2020 di hampir semua komoditas,” katanya saat dihubungi, Kamis (15/4/2021).

Meski demikian, Shinta memperingatkan soal ketidakpastian yang masih membayangi kinerja impor. Menurutnya, pertumbuhan impor bahan baku/penolong maupun modal akan sangat bergantung pada pemulihan konsumsi masyarakat sepanjang tahun.

Pelaku usaha memperkirakan impor masih bisa naik setidaknya sampai Lebaran yang datang bersamaan dengan momentum konsumsi yang tinggi. Namun, usai Ramadan dan Lebaran berakhir, ketidakpastian dipandang masih sangat besar. Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, konsumsi cenderung melambat setelah Ramadan dan Lebaran atau bahkan mengalami kontraksi.

“Kemungkinan kontraksi konsumsi ini yang kami khawatirkan karena kami melihat penciptaan lapangan kerja masih cukup lambat sehingga tidak bisa menyokong pemulihan daya beli masyarakat secara lebih sustainable dalam jangka menengah dan panjang,” kata dia.

Oleh karena itu, Shinta berpendapat upaya untuk meningkatkan kinerja di sisi pasokan akan lebih besar setelah Ramadan dan Lebaran agar pemulihan daya beli masyarakat bisa segera terjadi melalui peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja kembali. Dengan demikian, impor dan kinerja sektor industri yang berorientasi pasar domestik bisa dipertahankan.

“Meskipun masih sangat fragile dan butuh kerja keras hingga akhir tahun, kami melihat arah menuju pemulihan ekonomi dan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendukung pemulihan sudah on the right track.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper