Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyebutkan Indonesia masih tertinggal di sejumlah aspek dalam menghadapi perdagangan jasa yang lebih bebas di Asean.
Enny menilai ketertinggalan tersebut menyangkut kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam memenuhi kriteria formal dan legal untuk bisa masuk ke pasar jasa di negara asing. Dalam banyak kasus, pekerja Indonesia kerap menghadapi kendala di tahap ini.
“Dari sisi kualitas SDM mungkin tidak kalah. Tetapi sektor jasa ini punya standar yang memerlukan sertifikasi. Dalam memenuhi syarat sertifikasi ini, Indonesia masih terbatas dan prosesnya kadang sudah terlanjur dikomersialisasi,” kata Enny, Senin (12/4/2021).
Hal inilah yang dia sebut menjadi penyebab maraknya perpindahan pekerja secara ilegal ke luar negeri. Di samping itu, pekerja dari luar negeri dia sebut bisa lebih siap dalam menghadapi peluang ini. Jika tidak kunjung dibenahi, Enny memperkirakan Indonesia justru bisa kembali kebobolan' dan menjadi pasar empuk produk jasa dari luar negeri.
“Biasanya sektor jasa asing bisa dengan cepat memenuhi kompetensi yang disyaratkan. Sayangnya, indonesia kurang persiapan akan hal ini. Saya khawatir ini bukannya kita perluasan ke luar. Justru bisa berisiko kebobolan,” lanjutnya.
Mengutip data Bank Indonesia, Indonesia tercatat masih mengalami defisit perdagangan jasa dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, nilai ekspor jasa Indonesia berada di angka US$28,00 miliar dan impor senilai US$35,07 miliar.
Adapun pada 2019, nilai ekspor jasa Indonesia mencapai US$31,66 miliar, tetapi impor jasa juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan 2018 dan mencapai US$39,40 miliar.