Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia-Arab Saudi Bakal Perkuat Perdagangan dan Pariwisata

Hubungan ekonomi tak harus selalu ditujukan kepada negara negara di bagian barat. Negara di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi memiliki peluang tinggi untuk mendatangkan investor.
Presdir PT Indika Energy Tbk M. Arsjad Rasjid PM didampingi Corsec Dian Paramita mengunjungi redaksi Bisnis Indonesia/Bisnis
Presdir PT Indika Energy Tbk M. Arsjad Rasjid PM didampingi Corsec Dian Paramita mengunjungi redaksi Bisnis Indonesia/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Arab Saudi akan saling memperkuat hubungan perdagangan dan investasi, khususnya pada sektor parisiwata.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional Arsjad Rasjid menyatakan investasi menjadi salah satu faktor untuk memperkuat ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Terkait hal tersebut, Arsjad yang juga calon Ketua Umum Kadin Indonesia 2021- 2026, menuai banyak dukungan dari para duta besar di Timur Tengah dan Afrika. Dukungan tersebut untuk maju dalam bursa Pemilihan Ketua Umum maupun membuka akses ekonomi dan bisnis.

"Hubungan ekonomi tak harus selalu ditujukan kepada negara negara di bagian barat. Negara di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi memiliki peluang tinggi untuk mendatangkan investor," ujarnya dalam siaran pers dikutip, Jumat (9/4/2021).

Arsjad juga menekankan, bahwa investor menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, di tengah masa pandemi Covid-19. Selain itu dengan adanya Undang Undang Cipta Kerja, Arsjad menilai akan memudahkan investor asing untuk masuk dan memperluas lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.

Indonesia, sebutnya, juga akan membuka pintu sangat lebar bagi para investor, terlebih adanya proyek besar negara yaitu pemindahan Ibukota dari DKI Jakarta ke Kalimantan.

“Kerja sama perdagangan tidak harus selalu dengan Eropa, Timur Tengah dan Afrika juga punya peluang besar, terlebih Arab Saudi ingin mendatangkan investor banyak karena adanya proyek pemindahan ibukota," imbuhnya.

Sementara itu Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam Abid Althagafi dalam peluncuran bukunya "Duta Antara Dua Kutub"karya Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia menyampaikan telah melakukan koordinasi dengan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Muhammad Lutfi untuk melakukan kunjungan para pengusaha Arab Saudi ke Indonesia.

Begitu pula dengan sebaliknya. Kini, Arab Saudi telah membuka peluang bagi pengusaha Indonesia untuk mendirikan usaha di Arab Saudi yang mendukung berjalannya ibadah haji dan umrah.

Selain itu, Pemerintah Arab Saudi kini tengah membangun kota baru bernama “Neom”, yang ditujukan sebagai kota untuk menarik pariwisata. Nantinya, visa yang diterbitkan Arab Saudi tak lagi hanya untuk beribadah, tetapi untuk turis.

Pada 2030, Pemerintah Arab Saudi juga berencana akan menambah kuota jamaah haji dan umroh yang semula hanya 2 hingga 4 juta, menjadi 10 juta. Kuota ini akan diprioritaskan untuk jamaah dari Indonesia.

“Kerja sama antar kedua negara tentunya akan memiliki dampak yang signifikan, baik dalam sektor ekonomi dan pariwisata. Roda ekonomi diharapkan akan dapat kembali berputar kembali di tengah pandemi ini utamanya dengan adanya kedatangan dari berbagai investor,” ujar Esam.

Direktur Wahid Foundation Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) menilai bahwa semangat menuju kebaikan bersama tergambar pula dari banyak diplomat dan pemimpin negara-negara Timur Tengah yang ditemuinya selama ini. Terutama, lanjut Yenny, mereka turut aktif menggelorakan gerakan anti-radikalisme global dengan mempromosikan spirit toleransi dan dialog antar-agama.

”Setidaknya itu yang saya tangkap dari hasil komunikasi yang cukup intens selama ini bersama beliau-beliau. Visi para pemimpin dunia yang bukan hanya layak diapresiasi tapi juga harus jadi inspirasi,” beber penasihat Hedayah, sebuah lembaga riset di Abu Dhabi yang bergerak dalam bidang kontra radikalisme itu.

Yenny menggarisbawahi, gerakan anti-radikalisme global tidak berdiri sendiri. Isu itu sejatinya sejalan dengan dengan target pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat global.

”Isu anti-radikalisme dan ekonomi itu seperti dua sisi mata uang, sejalan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain,” imbuh putri presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper