Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan berbagai inovasi pengembangan energi alternatif seiring dengan ketersediaan energi fosil yang kian menipis.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan menjadi urgensi bagi pemerintah dalam mempertahankan ketersediaan energi.
"BPPT siap berburu inovasi energi terbarukan bersama seluruh stakeholder dalam ekosistem inovasi," katanya, Sabtu (3/4/2021).
Dia menuturkan sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di bawah koordinasi Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, BPPT mendukung program pengembangan energi alternatif sejalan dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menjadi landasan pemerintah dalam mengelola energi di dalam negeri.
BPPT melakukan berbagai inovasi teknologi pengembangan energi alternatif di antaranya pembangkit listrik tenaga sampah, pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah sawit, hingga produksi bahan bakar biodiesel 30 persen atau B30 dalam rangka mengurangi impor minyak solar.
Tak hanya itu, dia menjelaskan BPPT juga melakukan beragam pengkajian dan penerapan teknologi bidang ketenagalistrikan, seperti perekayasaan sistem smartgrid untuk bangunan dan fast charging station untuk mendukung kendaraan listrik yang terintegrasi dengan pembangkit listrik tenaga surya sebagai sumber energi alternatif.
Baca Juga
"Saya berharap penguasaan teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengembangan energi alternatif di Indonesia," ujarnya.
BPPT juga melakukan pembinaan kemampuan industri ketenagalistrikan nasional, sehingga tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) bidang energi baru dan terbarukan dapat bertambah secara signifikan.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki komitmen pencapaian bauran energi bersih sebesar 23 persen pada 2025. Saat ini porsi pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional baru mencapai 11,2 persen.
Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2020, kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan di Indonesia masih berjumlah 10.467 MegaWatt (MW) yang terdiri atas 3,6 MW tenaga hybrid, 154,3 MW tenaga angin, 153,8 MW tenaga surya, 1.903,5 MW tenaga bio, 2.130,7 MW tenaga panas bumi, dan 6.121 MW tenaga air.