Bisnis.com, JAKARTA - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia jika dilihat secara tiga bulanan, mengalami kontraksi paling dalam pada kuartal II/2020, yaitu minus 5,32 persen. Setelah itu hingga akhir tahun menunjukkan perbaikan yang secara berturut-turut 3,49 persen dan 2,19 persen.
Melihat tren yang terus pulih, diharapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021 berada di angka positif walaupun Kementerian Keuangan memproyeksikan dalam rentan minus 1 persen hingga minus 0,1 persen.
Dilihat dari komponennya, sektor dominan dalam penyumbang ekonomi adalah konsumsi rumah tangga sebesar 57,7 persen dan pembentukan modal tetap bruto atau investasi 31,7 persen.
“Total komponen pengeluaran ini saja hampir 90 persen dari pertumbuhan ekonomi. Dua hal ini yang nanti jadi fokus program pemerintah dalam hal pemulihan ekonomi kita,” katanya melalui diskusi secara virtual, Selasa (30/3/2021).
Sementara itu, Susi menjelaskan bahwa berbagai indikator ekonomi sudah menunjukkan perbaikan. Indeks harga konsumen dan penjualan ritel mulai tumbuh dibandingkan pada awal Covid-19 melanda Indonesia.
Saat ini purchasing managers index (PMI) juga berada di atas angka 50 yang menunjukkan adanya ekspansi. Begitu pula dengan penjualan kendaraan bermotor dan nilai tukar Indonesia.
Baca Juga
“Realisasi investasi mulai meningkat. Kemudian juga di sektor keuangan mulai terlihat bagus,” jelas Susi.