Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) akan mengganti sekitar 38 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang tersebar di Maluku dan Maluku Utara menjadi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Langkah dedieselisasi ini merupakan upaya PLN untuk menghadirkan listrik yang ramah lingkungan.
Dediesilisasi merupakan langkah PLN mensubstitusi pembangkit listrik yang mengonsumsi BBM ke pembangkit yang memanfaatkan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
Langkah ini juga menjadi upaya perseroan mengeksplorasi sumber-sumber energi ramah lingkungan serta menggali potensi energi setempat yang bisa dikembangkan di masa mendatang.
"Ini adalah upaya dari PLN untuk meningkatkan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, sesuai dengan semangat transformasi kami, yaitu Green. Selain itu, langkah ini juga akan meningkatkan layanan dan kualitas listrik di daerah terpencil," ujar Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PT PLN (Persero) Agung Murdifi melalui siaran pers, Kamis (25/3/2021).
Dari total 200 pembangkit se-Indonesia yang rencananya akan dilakukan dedieselisasi pada tahap pertama, 38 di antaranya terdapat di Maluku dan Maluku Utara dengan total kapasitas 65,6 MWp. Dedieselisasi pada 38 PLTD tersebut ditargetkan rampung pada 2024.
"Sebanyak 38 PLTD ini termasuk tahap 1. Nantinya, akan bertambah lagi sesuai dengan roadmap yang telah ditentukan," imbuhnya.
Baca Juga
Adapun beberapa PLTD tersebut di antaranya, yaitu PLTD Tahalupu, PLTD Buano, PLTD Geser, PLTD Kesui, PLTD Taniwel, PLTD Jerol, PLTD Galo-Galo, serta PLTD lain tersebar di Maluku dan Maluku Utara.
PLN telah meluncurkan program konversi PLTD ke pembangkit baru yang berbasis EBT pada 2 November tahun lalu.
Sekitar 5.200 unit mesin PLTD yang terpasang di wilayah Indonesia, tersebar di 2.130 lokasi dengan potensi untuk dikonversi ke pembangkit berbasis EBT sebesar kurang lebih 2 GW. Program konversi PLTD ini akan dilakukan secara bertahap.
Pada tahap pertama, PLN akan melakukan konversi terhadap PLTD di 200 lokasi dengan kapasitas 225 megawatt (MW). Konversi tahap awal ini dilakukan dengan memilih mesin PLTD yang telah berusia lebih dari 15 tahun dengan mempertimbangkan kajian studi yang telah dilakukan oleh PLN.
Sebaliknya, pada tahap kedua dan ketiga konversi masing-masing adalah 500 MW dan 1.300 MW.
Strategi dedieselisasi dilakukan PLN sebagai upaya mewujudkan komitmen mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.