Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terus mendorong pengembangan pemanfaatan biogas di sektor rumah tangga sebagai salah satu upaya untuk menekan impor liquefied petroleum gas (LPG).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa pemanfaatan biogas menjadi salah satu strategi pemerintah untuk mengurangi konsumsi dan impor LPG, serta dapat berkontribusi pada pencapaian target pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
"Peran biogas jadi semakin penting karena dapat mensubtitusi energi fosil di hampir seluruh sektor. Untuk sektor domestik, biogas dapat menggantikan LPG untuk kebutuhan memasak dan penerangan. Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan biogas untuk rumah tangga dan UMKM, biogas diharapkan dapat bantu program pemerintah dalam mengurangi impor LPG," ujar Dadan dalam Learning Event Satu Dekade Program Biogas Rumah Indonesia, Selasa (23/3/2021).
Pengintegrasian pengembangan biogas dengan sektor produktif lainnya dinilai merupakan cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, terlebih pada masa pandemi Covid-19.
Untuk itu, kata Dadan, pemerintah tengah berupaya untuk menyusun roadmap biogas berkelanjutan agar program biogas yang telah berjalan selama 1 dekade ini dapat terus berjalan. Pemerintah juga berupaya untuk mengusulkan program biogas ini dapat memanfaatkan anggaran APBN kembali.
"Kami akan susun roadmap, coba gali peluang-peluangnya. Tahun depan, misalkan, Kementerian ESDM akan kembali usulkan dana APBN, lewat dana alokasi khusus. Ini sebagian nanti dimungkinkan program biogas rumah ini akses dana alokasi khusus," katanya.
Program Biogas Rumah (Biru) atau Indonesia Domestic Biogas Programme diluncurkan pada 2009 melalui kerja sama Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM dan Pemerintah Belanda melalui Hivos sebagai program multi-stakeholder yang bertujuan untuk berkontribusi pada kemakmuran ekonomi dan pengurangan kemiskinan di Indonesia dengan menyediakan akses ke energi bersih dan terjangkau melalui pengembangan biogas.
Program ini telah berhasil membangun 25.157 unit biodigester dan telah menjangkau lebih dari 119.000 orang penerima manfaat dengan akses energi bersih, pupuk organik, dan bisnis mikro, serta menarik investasi yang bersumber dari dana pemerintah, pihak swasta, donor, pinjaman dan kontribusi pengguna dengan total dana lebih dari Rp200 miliar.
Program Biru diimplementasikan dengan skema subsidi parsial di mana masyarakat membayar sebagian biaya pembangunan biogas dan sebagian lagi dibiayai oleh Hivos sebagai pelaksana program.
Program ini juga mendapat dukungan dana dari Energising Development yang akan berakhir pada Maret 2021. Pada akhir Maret ini, program Biru sepenuhnya akan diserahterimakan dari Hivos ke mitra pelaksana, Yayasan Rumah Energi.