Bisnis.com, JAKARTA - Energi biogas menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan energi ramah lingkungan yang bersifat dekarbonisasi dalam memenuhi kebutuhan energi untuk operasional pabrik dan manufaktur.
Industri pengolahan kelapa sawit memiliki prospek besar untuk menghasilkan energi serupa dari limbah pengolahan tanda buah segar (TBS) melalui proses urai yang memanfaatkan potensi gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) menjadi energi bersih.
PT Mahkota Group Tbk (MGRO) telah memulai pengembangan energi biogas dari pengolahan limbah TBS tersebut untuk menggantikan penggunaan diesel pada high pressure boiler dalam proses Refinery.
Direktur Pengembangan PT Mahkota Group Tbk, Usman Sarsi, mengatakan pihaknya secara konsisten terus melanjutkan pengembangan proyek biogas dari limbah sawit.
Penggunaan biogas sebagai pengganti diesel ini mampu menghemat bahan bakar solar industri. Proyek biogas ini menjadi bagian dari kawasan Integrated Sustainable Agro Industry kelapa sawit seluas 25 hektare di lokasi pabrik Duri 13, Desa Bathin Sobanga, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Lebih jauh, Usman Sarsi mengungkapkan bahwa konsep bisnis green economy di industri kelapa sawit sudah menjadi peta jalan bisnis yang digarap oleh pihaknya, dimana salah satu bentuknya dengan memproduksi energi bersih berbasis pemanfaatan limbah sawit untuk kebutuhan operasional pabrik pengolahan sawit.
“Ada dua sasaran kami untuk pengembangan green economy ini. Pertama, untuk menjaga lingkungan yang memang jadi perhatian sekaligus kesadaran kolektif dunia usaha secara global. Kedua, kami ingin mencapai sistem operasi bisnis yang efisien sekaligus berpeluang untuk mendapatkan income baru bagi perusahaan. Ini mulai kami rasakan dalam pengembangan proyek biogas kami di pabrik Riau,” ujar Usman Sarsi, Senin, (16/12).
Dia menambahkan, pengembangan proyek biogas di pabrik di Riau sudah berjalan dengan baik dengan membawa harapan baru dalam model pengembangan bisnis berkelanjutan bagi MGRO.
Investasi Energi Ramah Lingkungan
Manajemen MGRO memandang muncul peluang besar untuk agroindustri sawit dalam memanfaatkan kesepakatan prakarsa Perjanjian Metana Global yang diluncurkan pada COP26 atau konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26. Kesepakatan antar bangsa itu bertujuan untuk mengurangi emisi metana antropogenik paling sedikit 30% pada tahun 2030. Mengurangi emisi dari metana juga menjadi prioritas di Indonesia, di mana metana menyumbang sekitar 33,7% dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK).
“Kami telah menyediakan alokasi dana investasi untuk menggarap potensi energi biogas yang bisa dikembangkan di pabrik di Riau. Kami akan mendapatkan manfaat komitmen ramah lingkungan dan juga keuntungan finansial dari efisiensi dan aspek komersial dari energi terbarukan,” ujar Fuad Halimoen, Direktur Operasional MGRO.
“Ini tentu langkah maju sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan di industri sawit yang dikenal dengan Indonesian Sustainable Palm Oil, sekaligus mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui inovasi proyek energi terbarukan," katanya.