Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa tol laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sudah berjalan dengan baik. Namun, masih bisa lebih baik lagi sehingga membuat biaya logistik turun.
“Akhirnya, kita memanfaatkan penggunaan digital dalam menjalankan program tol laut tersebut sehingga kita mengetahui pergerakan kapal dan meningkatkan efisiensi,” katanya pada terbitan East Ventures dengan judul Digital Competitiveness Index 2021; Momentum Akselerasi Transformasi Ekonomi Digital yang dikutip Selasa (16/3/2021).
Luhut menjelaskan bahwa saat ini total kapasitas pelabuhan di Indonesia nomor 9 terbesar di dunia. Di sisi lain, Singapura punya kapasitas pelabuhan sebesar 32 juta twenty-foot equivalent unit (TEUs).
Dari total tersebut, sekitar 18 juta TEUs sampai 19 juta TEUs berasal dari Indonesia. Artinya, terang Luhut, Indonesia tidak efisien.
“Hasil studi kita menunjukkan, jika menggunakan pelabuhan utama (hub) langsung dari Jakarta, Kuala Tanjung, Surabaya dan Makassar akan membuat biaya logistik turun 30 persen,” jelasnya.
Biaya logistik di Indonesia masih sangat mahal jika dibandingkan dengan negara-negara di Asean, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Singapura memiliki persentase yang sama terhadap produk domestik bruto yaitu sebesar 8 persen.
Sedangkan Malaysia 13 persen, Thailand 15 persen, dan Vietnam 20 persen. Indonesia sendiri mendekati 24 persen.
Kontribusi biaya logistik yang paling besar di Indonesia adalah pada biaya pelabuhan sebesar 50 persen, biaya dooring sebesar 31 persen, serta biaya freight dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya sebesar 19 persen.