Bisnis.com, JAKARTA — Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di Sindangsari, Kabupaten Serang, Banten, yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo pada Kamis (4/3/2021) sebagian dibangun menggunakan konstruksi sarang laba-laba.
Pembangunan kampus baru ini terdiri atas 12 gedung yang sepenuhnya dibiayai dari pinjaman Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB) senilai US$56,9 juta, sebanyak 8 gedung menggunakan konstruksi sarang laba-laba.
"Penggunaan konstruksi sarang laba-laba karena selain merupakan karya anak bangsa juga karena konstruksi ini tahan gempa dan tentunya mempertimbangkan efisiensi mengingat gedung yang kami bangun hanya empat lantai," kata Ketua Tim Teknis dan PIC Civilwork Kampus Untirta Sindangsari, Rifky Ujianto, Selasa (16/3/2021).
Konstruksi sarang laba-laba merupakan inovasi yang patennya dipegang PT Katama. Sesuai dengan namanya konstruksi ini merupakan fondasi yang dibentuk dari rangkaian sirip berbentuk segitiga terbuat dari kombinasi besi dan beton. Apabila dilihat dari atas menyerupai jaring laba-laba.
Fondasi ini sudah banyak dimanfaatkan untuk bangunan-bangunan tahan gempa di Aceh, Sumatra Barat, dan Bengkulu, bahkan juga dimanfaatkan untuk landasan glinding/taxiway Bandara Juata Tarakan, Kalimantan Utara serta beberapa ruas jalan di tanah ekstrem.
Bagi Fakultas Teknik Untirta, kehadiran konstruksi peraih upakarti ini menjadikan laboratorium nyata. Dosen dan Mahasiswa dapat praktik langsung sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk menciptakan inovasi-inovasi di bidang konstruksi.
Baca Juga
Rifky mengakui hadirnya konstruksi sarang laba-laba membantu dosen dan mahasiswa untuk mempelajari konstruksi terutama untuk mengetahui kemampuannya untuk menahan gempa.
Bahkan, jelas Rifky, saat pekerjaan yang sudah mencapai 70 persen terjadi gempa di Kabupaten Serang dan bangunan tidak mengalami kerusakan sedikitpun.
Rifky juga menjelaskan konstruksi sarang laba-laba didisain untuk bangunan enam lantai di daerah gempa, sedangkan di kampus Untirta Sindangsari gedung yang menggunakan konstruksi ini hanya empat lantai.
M. Arif Toto dari Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) yang juga perencana proyek ini mengatakan bahwa penggunaan konstruksi laba-laba ini selain pertimbangan kekuatannya terhadap gempa juga karena lebih efisien khususnya bangunan empat lantai.
Mengenai kekuatan konstruksi ini, Toto mengatakan berdasarkan hasil lokakarya nasional dan rekomendasi Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Balitbang Puskim Bandung, PU NAD, Universitas Syah Kuala dapat disebut konstruksi ini memiliki kemampuan memperkecil risiko terjadinya pergeseran tanah karena kekuatannya menggunakan daya dukung tanah itu sendiri yang dipadatkan.
Pemadatan tanah didalam pondasi akan mampu meniadakan pengaruh lipatan pada rib sehingga konstruksi sarang laba-laba mampu mengikuti gerakan gempa baik dalam arah horizontal maupun vertikal.
Terkait dengan penggunaan konstruksi sarang laba-laba, Presiden Direktur PT Katama Kris Suyanto selaku pemegang paten menyatakan apresiasinya atas kembali dipercayanya konstruksi karya anak bangsa untuk bangunan di Indonesia.
Menurut dia, sudah banyak bangunan yang menggunakan konstruksi dangkal dengan sirip segitiga menyerupai laba-laba termasuk dipergunakan berbagai pembangunan di Indonesia. Tidak hanya di daerah gempa konstruksi sarang laba-laba juga banyak digunakan pada tanah lunak dan berawa namun perlu perlakuan khusus.
Kris juga mengatakan penggunaan konstruksi sarang laba-laba di kampus baru Untirta ini sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo untuk memperbanyak penggunaan produksi dalam negeri.
"Konstruksi kami sepenuhnya tidak menggunakan bahan atau material bangunan dari luar. Hampir semuanya di dapat di dalam negeri bahkan pekerja dan peralatan menggunakan sumber daya lokal," tuturnya.