Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Mengkhawatirkan dari Sektor Manufaktur, Apa Itu?

Menurut ekonom pertumbuhan impor barang konsumsi jauh lebih besar dibandingkan bahan baku dan barang penolong.
Ilustrasi aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Data Ekspor-Impor Indonesia Februari 2021 menunjukkan perbaikan dan menandakan pemulihan ekonomi. Namun, pada sisi impor, terdapat beberapa catatan penting terkait geliat ekonomi dalam negeri.

Menurut ekonom ada indikasi persoalan serius dari sektor manufaktur. Ekonom Institute of Development For Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan kenaikan drastis impor di Februari 2021 mengkhawatirkan, terutama impor barang konsumsi.

Meskipun, peningkatan impor barang konsumsi menjelang Ramadhan dan Idulfitri merupakan hal yang wajar secara historis.

Bedanya tahun ini, kata Enny, spesifikasi barang-barang yang diimpor didominasi oleh manufaktur, sehingga berpotensi mengancam industri dalam negeri. Hal tersebut disebabkan 

“Kalau impor barang konsumsinya naik 40 persen sementara bahan baku hanya naik 11-an persen, dan barang modal naiknya kecil sekali, otomatis mengindikasikan bahwa sektor-sektor industri manufaktur kita mengalami tekanan,” jelasnya, Senin (15/3/2021).

Menurut Enny, penetrasi impor luar biasa memperburuk persoalan utama pada industri manufaktur dalam negeri, yaitu daya saing yang ditekan oleh high-cost economy. “Jadi sudah jatuh tertimpa tangga gitu,” tambahnya.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal juga mengatakan hal senada menanggapi data Ekspor-Impor yang baru dirilis hari ini.

Dia mengatakan pertumbuhan impor barang konsumsi jauh lebih besar dibandingkan bahan baku dan barang penolong.

“Artinya tingkat pemulihan industri manufaktur lebih rendah dibandingkan peningkatan permintaan untuk barang yang sudah jadi,” terangnya, Senin (15/3/2021).

Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Februari 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$348,5 juta (15,24 persen), bahan baku/penolong US$363,5 juta (1,87 persen), dan barang modal US$65,2 juta (1,60 persen).

Adapun mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia Februari 2021 surplus sebesar US$2,01 miliar. Kepala BPS Suhariyanto menyebut bahwa nilai ekspor pada Februari 2021 sebesar US$15,27 miliar, atau naik 8,56 persen dibandingkan dengan Februari 2020.

Sementara itu, nilai impor Indonesia Februari 2021 mencapai US$13,26 miliar, turun 0,49 persen dibandingkan dengan Januari 2021 atau naik 14,86 persen secara tahunan.

Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang konsumsi Februari 2021 meningkat sebesar 43,59 persen secara tahunan, sedangkan bahan baku penolong naik 11,53 persen, dan barang modal naik 17,68 persen.

Data neraca perdangan Februari 2021 menunjukkan impor dari 13 negara utama selama Januari–Februari 2021 naik US$1.811,4 juta (10,45 persen).

Sebagian besar, porsi impor Indonesia berasal dari Tiongkok. Peningkatan nilai impor dari Negeri Tirai Bambu sebesar US$2.134,3 juta (36,03 persen), dan disusul Australia US$446,8 juta (70,13 persen), dan Korea Selatan US$125,0 juta (10,72 persen).

Dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Januari–Februari 2021, kontribusi tertinggi masih didominasi oleh Tiongkok US$8.057,7 juta (33,95 persen), diikuti oleh Jepang US$1.859,6 juta (7,83 persen), dan Singapura US$1.311,8 juta (5,53 persen).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper