Bisnis.com, JAKARTA – Pembentukan Holding Pariwisata oleh Kementerian BUMN tidak menimbulkan ekspektasi yang terlalu tinggi dari para pemain dari industri pariwisata.
Sebab, mesin inti yang merupakan penggerak sektor pariwisata hingga saat ini belum mampu bergerak secara normal.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, tidak adanya ekspektasi seiring dengan tak adanya signifikansi pembentukan holding tersebut terhadap proses pemulihan industri pariwisata.
"Kami melihat itu hanya sebagai langkah efisiensi yang sedang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pariwisata berstatus Badan Usaha Milik Negara. Sebab, saat ini jumlah perusahaan BUMN yang bermain di sektor pariwisata sudah begitu banyak," ujar Maulana kepada Bisnis, Kamis (11/3/2021).
Bahkan, lanjutnya, dalam kondisi pandemi seperti saat ini pun juga tidak akan terpengaruh dengan adanya holding tersebut. Dengan kata lain, pembentukan Holding Pariwisata tidak ada pengaruhnya terhadap proses pemulihan di sektor pariwisata.
Dia menambahkan pembentukan holding belum akan memberikan dampak signifikan selama pergerakan manusia masih terbatas.
Baca Juga
"Ini langkah efisiensi BUMN. Mungkin ini hanya akan berdampak signifikan bagi perusahaan pelat merah saja," jelasnya.
Selain itu, Maulana menilai sektor pariwisata sangat bergantung kepada pergerakan orang sebagai mesin inti yang merupakan penggerak sektor pariwisata.
Dengan demikian, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, termasuk membentuk holding pariwisata, belum akan memberikan dampak signifikan selama pergerakan manusia masih terbatas.