Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hari Santosa Sungkari menilai industri pariwisata Indonesia masih memiliki peluang untuk lolos dari hantaman low season pada periode Ramadan-Idulfitri nanti.
Menurutnya, peluang tersebut cukup kentara jika pemerintah tidak melakukan pembatasan pergerakan masyarakat secara maksimum. Terutama, bagi daerah-daerah yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi sehingga memberikan rasa aman bagi wisatawan.
"Kalau tidak ada pembatasan secara maksimum, low season tidak akan terjadi seluruh destinasi wisata. Sebab, ada daerah yang patuh dan ada destinasi yang tidak patuh. Ada peluang low season tidak akan terjadi di daerah yang patuh," kata Hari kepada Bisnis.com, Rabu (10/3/2021).
Kendati pemerintah kemungkinan besar akan melakukan pemangkasan cuti lebaran, lanjutnya, hal tersebut tetap dinilai tidak secara absolut menyebabkan terjadinya low season pada Ramadan-Lebaran nanti.
Hari juga meyakini kondisi sektor pariwisata tahun ini akan lebih bagus dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pelarangan mudik yang diberlakukan pada 2020 kemungkinan tidak akan diterapkan kembali tahun ini.
Sekadar informasi, periode low season bagi industri pariwisata di Tanah Air tinggal menghitung pekan, tenaga kerja sektor hotel-restoran dkk. pun kembali terancam. Periode Ramadan-Idulfitri yang selalu menjadi momok bagi sektor perhotelan, tahun ini diperkirakan bakal berdampak lebih parah.
Baca Juga
Sektretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memperkirakan tingkat okupansi hotel dan restoran pada periode libur lebaran nanti paling baik hanya akan mengalami rerata pertumbuhan 5 persen dengan jumlah rerata okupansi sebanyak 35 persen.