Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berebut Pangsa Pasar, Beda Strategi Garuda Indonesia & Lion Air

Garuda Indonesia dan Lion Air diyakini memiliki strategi yang berbeda untuk memperebutkan pangsa pasar penerbangan nasional.
Bandara Hang Nadim, Batam. /batam-airport.com
Bandara Hang Nadim, Batam. /batam-airport.com

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) diproyeksikan menempuh strategi yang berbeda dengan Lion Air Group untuk menyasar segmen penumpang masing-masing memperebutkan pangsa pasar penerbangan nasional.

Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman menilai pada tahun ini, Garuda akan mempertaruhkan strategi tidak menjual tiket secara penuh demi keamanan atau kesehatan penumpang. Hal ini sesuai komitmen maskapai pelat merah tersebut untuk mempertahankan tingkat keterisian penumpang (seat load factor/SLF) kendati Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mencabut pembatasan okupansi sebesar 70 persen.

“Maskapai lain seperti Lion Air Group berstrategi, menggenjot penjualan tiket penumpang seperti biasa, dengan Air Asia menggunakan social distancing sebisa mungkin bila ada kursi kosong,” ujarnya, Selasa (9/3/2021).

Gerry berpendapat emiten berkode saham GIAA tersebut memiliki proposisi produk yang hanya memenuhi kebutuhan segmen tertentu tanpa harus menjadi yang diinginkan oleh keseluruhan pasar. Alhasil, kondisi ini yang mengakibatkan pangsa pasar Garuda anjlok pada tahun lalu apabila dibandingkan dengan pada 2019.

Menurutnya dengan melihat dari data pangsa pasar yang ada, Garuda hanya bisa memenuhi demand proposition segmen tertentu. Kondisi berbeda tentunya dilakukan anak usahanya Citilink, yang menyasar penumpang dengan bujet hemat, lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sementara, jika berkaca pada pangsa pasar 2020 lalu, dia meyakini hal itu sesuai dengan adaptabilitas masing-masing maskapai. Contohnya, untuk Lion Air group yang dengan cepat membuka rute penerbangan kembali, sehingga tingkat permintaan yang tertunda bisa kembali ditingkatkan dengan cepat.

“Masalah lain juga di adaptasi masing-masing maskapai untuk mulai menggenjot kargo mereka. Kalau maskapai yang masih berpikir harus ada penumpang meskipun kargo penuh, mereka akan kalah dengan maskapai yang berprinsip selama penjualan penumpang dan kargonya di atas biaya, mau kabin penuh atau tidak, [tetap] terbang," serunya.

Gerry memprediksi baik maskapai BUMN maupun swasta harus tetap menyeimbangkan kargo dan penumpang sebagai dua hal utama. Pasalnya, jumlah penumpang bukan berarti menghasilkan keuntungan bagi maskapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper