Bisnis.com, JAKARTA – Jepang mengkonfirmasi ekonominya tumbuh dua digit pada akhir tahun lalu. Menurut data terbaru yang direvisi.
Produk domestik bruto tumbuh 11,7 persen secara tahunan dari kuartal sebelumnya pada kuartal terakhir 2020. Ekonom telah memperkirakan tingkat pertumbuhan yang direvisi sebesar 12,6 persen.
Dilansir Bloomberg, Selasa (9/3/2021), laporan terpisah menunjukkan pengeluaran rumah tangga turun pada awal keadaan darurat yang dilanjutkan dengan kenaikan 6,1 persen.
Konfirmasi bahwa ekonomi tumbuh dengan kecepatan dua digit untuk dua kuartal berturut-turut sebagian besar menjadi pertanda baik bagi prospek pemulihan setelah langkah-langkah darurat untuk menahan virus sepenuhnya dicabut.
Ekonomi terlihat menyusut pada kuartal ini di tengah pembatasan yang telah menyebabkan pengurangan jam kerja di bar dan restoran di kota-kota besar selama berminggu-minggu.
Perdana Menteri Yoshihide Suga pekan lalu memperpanjang keadaan darurat hingga 21 Maret untuk wilayah Tokyo agar lebih baik menahan virus setelah hampir dua bulan.
Penurunan belanja rumah tangga pada Januari adalah salah satu tanda kejatuhan dari keadaan darurat. Penurunan upah yang sedang berlangsung juga menunjukkan adanya batasan seberapa banyak konsumsi dapat meningkat bahkan setelah pembatasan berakhir dan program pemberian vaksin Jepang, yang baru dimulai pada pertengahan Februari, semakin meningkat.
Bank of Japan dijadwalkan untuk menyelesaikan tinjauan kebijakan minggu depan untuk mengumumkan pelonggaran moneternya dalam jangka panjang, mengingat bahwa inflasi tampaknya akan tetap di bawah target stabil 2 persen untuk waktu yang lama.
"Melihat ke kuartal pertama, kami memperkirakan penurunan tajam dalam PDB sebagai akibat dari keadaan darurat terbaru. Ketika dinaikkan, ekonomi dapat melihat kenaikan tajam lainnya, didorong oleh permintaan yang terpendam dan konsumen dengan tabungan berlebih, dengan asumsi wabah dikendalikan pada kuartal pertama," kata Yuki Masujima, ekonom Bloomberg.