Bisnis.com, JAKARTA — Seiring dengan didorongnya industri baterai kendaraan listrik di Indonesia, kini semakin banyak perusahaan yang tertarik masuk ke dalam bisnis nikel.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan bahwa cukup banyak perusahaan tambang yang mulai dilirik untuk diakuisisi oleh perusahaan-perusahaan besar yang sebelumnya tidak bergerak dalam bisnis nikel.
"Memang beberapa tambang di bawah APNI itu sedang diakuisisi oleh perusahaan besar, termasuk beberapa perusahaan asing. Lebih banyak lagi dari perusahaan-perusahaan batu bara sudah mulai masuk area nikel," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/2/2021).
Menurutnya, tren akuisisi tambang nikel ini akan semakin banyak ke depan sebab tidak dapat dipungkiri bahwa komoditas nikel tengah menjadi primadona.
Saat ini saja, kata Meidy, pergerakan harga nikel semakin meningkat setiap hari. Harga nikel saat ini bergerak menembus US$20.000 per ton. APNI memperkirakan tren peningkatan harga nikel akan terus meningkat hingga 2—3 tahun ke depan hingga pabrik-pabrik pengolah bahan baku baterai kendaraan listrik berdiri.
"Tahun depan, saat smelter HPAL [high pressure acid leaching] sudah produksi kebutuhan bahan baku meningkat. Semua orang rebutan cari lahan akuisisi tambang nikel di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bisnis nikel yang lagi seksi-seksinya ini semua industri ingin memegang di area hulu," katanya.
Baca Juga
Hingga awal 2021 ini, sejumlah emiten pertambangan batu bara mengumumkan diversifikasi bisnis dengan turut berbisnis komoditas nikel. Salah satunya, PT Harum Energy Tbk. (HRUM) yang membeli saham perusahaan tambang nikel di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Australia, Nickel Mines Ltd. Langkah itu pun dilanjutkan dengan aksi akuisisi 24.287 saham milik Aquila Nickel Pte. Ltd. dalam PT Position, perusahaan tambang nikel.
Selain itu, belum lama ini, emiten pertambangan batu bara, PT Resources Alam Indonesia Tbk. (KKGI) juga melakukan pengikatan jual beli saham dua perusahaan nikel sebesar 70 persen, yaitu PT Buton Mineral Indonesia (BMI) dan PT Bira Mineral Nusantara (BMN).