Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Covid-19 tidak pandang bulu menyerang perekonomian dunia.
Meski ada beberapa negara yang bisa tumbuh dengan angka sangat kecil, namun dia melihat Indonesia bisa menahan kontraksi yang relatif rendah.
“Ini juga terjadi pada saat semua negara melakukan apa yang disebut countercyclical secara luar biasa terutama menggunakan instrumen APBN dan fiskal yang menyebabkan defisit APBN meningkat dan rasio utang publik (public debt) juga meningkat,” katanya melalui konferensi pers secara virtual, Selasa (23/2/2021).
Sri Mulyani kemudian membandingkan beberapa negara maju dan Asean dalam melakukan countercyclical yang kemudian berdampak pada besarnya kenaikan utang publiknya.
Vietnam yang ekonominya tumbuh 2,9 persen dengan defisit APBN 4 persen, public debt naik 3,3 persen (rasio utang 2020 dari 43,4 persen ke 46,6 persen). Ekonomi China tumbuh 2,3 persen dan defisit 11,9 persen, utang publk naik 9,1 persen (rasio utang 2020 dari 52,6 persen ke 61,7 persen).
Negara maju seperti Amerika Serikat, ekonomi minus 3,5 persen dengan defisit 15,6 persen, utang publik naik 22,5 persen (rasio utang 2020 dari 108,7 persen ke 131,2 persen). Lalu, Jepang yang ekonomi minus 4,7 persen dengan defisit 14,2 persen, utang publik tumbuh 28,2 persen (rasio utang 2020 dari 238 persen ke 266,2 persen).
Baca Juga
Sedangkan anggota Asean seperti Singapura yang ekonomi minus 5,8 persen dengan defisit 10,8 persen, public debt 1,2 persen (rasio utang 2020 dari 130 persen ke 131,2 persen). Malaysia ekonomi minus 5,6 persen dengan defisit 6, persen, utang publik naik 10,3 persen (rasio utang 2020 dari 57,2 persen ke 67,6 persen).
Kenaikan utang publik melonjak hanya dalam setahun. Sedangkan Indonesia, terang Sri, ekonomi minus 2,1 persen dengan defisit 6,1 persen, utang publiknya 8 persen. Sementara itu, rasio utang tahun lalu naik dari 30,5 persen menjadi 38,5 persen.
“Tentu kita berbeda karena negara emerging dengan sektor keuangan dan pasar utang belum sedalam negara maju. Namun tidak berarti kita tidak bisa menjaga agar policy fiskal kita seefektif dan seefisien. Tidak diumbar, namun kita lihat secara teliti yang beri dampak poisitf,” jelasnya.