Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan masih belum menentukan langkah untuk asumsi-asumsi yang digunakan tahun ini menyusul kenaikan harga minyak dunia.
Direktur PNBP Sumber Daya Alam dan Kekayaan Negara yang Dipisahkan Kemenkeu Kurnia Chairi mengatakan bahwa untuk sementara pihaknya masih memonitor tren pergerakan harga minyak ke depannya akan stabil atau masih berfluktuasi.
“[Monitoring untuk] asumsi makronya. Apakah akan bergerak atau bagaimana,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/2/2021).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa asumsi harga minyak pada 2021 bakal lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Dia menjelaskan bahwa pada tahun depan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) bakal bergerak antara level US$40 per barel hingga US$50 per barel. Untuk itu, kata Sri Mulyani, pada 2021 asumsi ICP dipatok pada level US$45 per barel.
"Harga minyak 2021 pada US$45 per barel dengan asumsi the worst is over pada tahun ini [2020]," kata dia.
Baca Juga
Sementara itu, untuk produksi minyak dan gas bumi siap jual atau lifting dinilai masih akan cukup menantang. Dengan mengacu hal itu, pemerintah tidak mematok target lifting yang lebih tinggi pada tahun ini.
Pada 2021, lifting minyak dipatok sebesar 705.000 barel per hari, sedangkan untuk lifting gas dipatok 1,07 juta barrel of oil equivalent per day (boepd). Sri Mulyani menjelaskan untuk lifting minyak merupakan target terendah dalam 4 tahun terakhir.
"Lifting migas masih cukup struggle meskipun pada 2021 sedikit lebih baik dari tahun ini," ungkapnya.