Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) tengah mengevaluasi fluktuasi harga minyak yang terjadi sat ini untuk menentukan penambahan program kerja ke depannya.
Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi Whisnu Bahriansyah mengatakan bahwa faktor eksternal yang memengaruhi produksi migas adalah fluktuasi harga minyak dan permintaan.
Harga minyak yang cenderung bullish dari target APBN 2021 akan memberi dampak positif terhadap proyek-proyek di subholding upstream Pertamina.
"Pertamina akan mengevaluasi stabilitas dari fluktuasi harga minyak tersebut terhadap peluang penambahan rencana kerja," katanya kepada Bisnis, Selasa (16/2/2021).
Whisnu menambahkan bahwa peningkatan harga minyak mulai awal 2021 akan memengaruhi proyek yang sedang dan akan dilakukan 2021.
"Pertamina akan tetap melakukan evaluasi, prioritasisasi, dan mengelola portofolio proyek yang akan dijalankan dengan memperhatikan sensitivitas harga, yang memiliki risiko menurun kembali," ungkapnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut peningkatan harga minyak dunia akan berdampak positif terhadap kinerja produksi di sektor hulu dalam negeri.
Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan bahwa sejak awal 2021 telah banyak analis yang memproyeksikan harga minyak dunia akan lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata pada tahun lalu.
Namun, kenaikan yang terjadi pada beberapa waktu kemarin bergerak lebih tinggi dari proyeksi awal yang diperkirakan pada level US$52 per barel.
Dia menuturkan bahwa dalam proyeksi sejumlah analis, harga minyak dunia baru akan menyentuh US$60 per barel pada 2022.
"Sebagai pengelola hulu migas tentunya kami menyambut baik peningkatan harga tersebut karena berarti akan meningkatkan keekonomian proyek-proyek hulu migas yang akan diharapkan mendukung peningkatan produksi," katanya.