Bisnis.com, JAKARTA — Distributor alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk. menilai prospek permintaan mesin plasma convalescent akan semakin meningkat di tengah penggunaan sebagai alternatif penyembuhan Covid-19.
Sebagai gambaran, perseroan mencatat permintaan akan mesin ini mencapai 45 unit atau senilai lebih dari Rp40 miliar. Sementara pada tahun normal sebelum Covid-19 permintaan mesin plasma convalescent hanya berkisar 15-20 unit.
Direktur Keuangan PT Itama Ranoraya Tbk. Pratoto Satno Raharjo mengatakan sebelum adanya Covid-19 perseroan memasok mesin tersebut untuk unit transfusi darah (UTD) milik PMI dan RS miliki instansi Pemerintah.
Penggunaannya untuk pasien Leukemia, Pasien dengan gangguan sistem pembekuan darah, Pasien Kelainan Darah, dan Pasien DBD Dengue. Begitu terjadi pandemic Covid-19, dan metode Terapi plasma convalescent ditetapkan menjadi metoda alternative penyembuhan Covid-19 perseroan juga memasok ke RS Rujukan Covid.
"Jadi kalau melihat jumlah UTD yang mencapai 450, RS Rujukan Covid kini sudah mencapai 940 RS dan jika potensi penggunaan mesin plasma di RS swasta dan Laboratorium maka kami optimis prospeknya masih sangat baik," katanya kepada Bisnis, Selasa (16/2/2021).
Adapun terapi plasma konvalesen merupakan metoda alternatif penyembuhan Covid-19 dengan cara pemberian plasma darah dari orang yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 kepada pasien lain. Perseroan memastikan mesin yang digunakan ini berteknologi Amerika-Jepang yang diproduksi Terumo Corporation.
Baca Juga
Sisi lain, Pratoto memastikan produk-produk alat kesehatan yang perseroan miliki adalah produk hi-Tech dengan standarisasi yang tinggi seperti produk Jarum Suntik ADS dan antigen test yang berstandar WHO serta menjadi rekomendasi WHO.
Dengan kualisifikasi tersebut, strategi perseroan adalah fokus untuk penyediaan atau supply chain seperti peningkatan infrastruktur distribusi, ketersediaan stok barang, dan kesiapan modal kerja.
"Segmen produk alat kesehatan kami terdiri produk alat kesehatan nonelektromedik steril berupa produk alat suntik ADS dan produk alat kesehatan invitro seperti tes antigen, mesin plasma [Aphresis], mesin USG, produk IGen [ibu hamil], dan produk lain seperti APD, masker, perlengkapan rumah sakit," ujarnya.
Pratoto menambahkan saat ini produk alat suntik ADS (auto disable syringe) perseroan banyak diserap untuk program kesehatan pemerintah seperti imunisasi dan juga vaksin. Pasalnya, jarum suntik sekali pakai (ADS) dan safety needle sudah memiliki standart WHO.
Alhasil, untuk penggunaan seperti program-program pemerintah sudah menggunakan produk suntik ADS, bahkan seiring dengan kampanye WHO untuk penggunaan jarum suntik aman di dunia kesehatan, penggunaan jarum suntik ADS akan semakin meningkat.
"Saat ini penggunaan jarum suntik ADS di Indonesia masih berkisar 20 persen, sebesar 80 persen masih berupa syringe konvensional," ujarnya.
Jarum suntik ADS perseroan ini diproduksi oleh sister company, PT Oneject Indonesia yang mana tahun ini kapasitas produksi akan menjadi 1,2 miliar jarum suntik ADS dan safety needle per tahun.
Sementara itu untuk produk baru, Pratoto mengatakan tahun ini perseroan memiliki produk baru berupa produk immunodulator dengan nama Avimac, yang mana produksinya bekerja sama dengan PT Indofarma Tbk.
Menurutnya, produk yang sama sebenarnya sudah dipasarkan di Australia dengan nama 98Alive degan status terdaftar di TGA atau Therapeutic Goods Administration yakni BPOM Australia dan hasil penjualan sangat bagus, produk ini hasil pengembangan sister company IRRA dengan scientis Australia.
"Kami akan mulai pasarkan Maret tahun ini. Untuk produk baru kami yaitu Avimac kami targetkan produksi tahap awal sebanyak 1,2 juta-1,5 juta butir. Untuk produk Avimac ini memang sejak awal diarahkan dari hulu ke hilir, termasuk kemandirian dalam pemenuhan bahan baku obat," katanya.