Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Insentif PPnBM Siap Dirilis, Pengamat: Warga Masih Cenderung Menabung

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengingatkan pemerintah agar pemberian insentif pajak terutama PPnBM mesti melihat momentum.
Ilustrasi - Suasana pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 hari ketiga, Sabtu (29/4/2017), di anjungan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) di JI Expo, Kemayoran, Jakarta. /Antara
Ilustrasi - Suasana pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 hari ketiga, Sabtu (29/4/2017), di anjungan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) di JI Expo, Kemayoran, Jakarta. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berupaya mendorong permintaan dan penawaran di sektor manufaktur, khususnya otomotif yang lesu karena pandemi Covid-19 dengan kebijakan yang bakal dirilis berupa insentif penurunan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa stimulus tersebut umumnya menyasar kepada kelompok menengah ke atas. Kendati begitu, segmen masyaraka itu justru dinilai cenderung menabung dibandingkan berbelanja.

Dengan kondisi pemulihan ekonomi yang belum stabil, jelasnya, masyarakat tentu akan meningkatkan jumlah tabungan untuk mengantisipasi jika kondisi tidak lebih baik setelah berbagai upaya pemerintah dalam menghentikan penyebaran pandemi yang sangat krusial.

“Insentif pajak menjadi tidak masalah asalakan dilakukan di momentum yang pas dan mendahulukan skala prioritas. Momentum yang pas adalah ketika pemulihan ekonomi sudah berjalan lebih stabil dan cepat karena penanganan dari sisi kesehatan sudah optimal,” katanya saat dihubungi, Minggu, (14/2/2021).

Yusuf menjelaskan bahwa kebijakan tersebut sangat menguntungkan industri otomotif. Sektor ini merupakan salah satu yang strategis karena merupakan salah satu yang terbesar dan sifatnya industri padat karya.

Kendati begitu, dia mengatakan bila melihat data kuartal IV/2020, justru produksi mobil meningkat 84 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penjualannya pun meningkat 43 persen.

Artinya, jelas dia, kinerja industri otomotif tidak terlalu buruk dibandingkan yang lain. Oleh karena itu, tanpa insentif sektor tersebut dinilai masih bisa bertumbuh.

Menurutnya, hal tersebut akan bisa lebih maksimal apabila capaian investasi tahun lalu bisa dipertahankan. Menggeliatnya penanaman modal akan berdampak pula pada industri otomotif.

“Sebenarnya dengan mendorong proses pemulihan ekonomi penjualan kendaraan bermotor akan mengalami perbaikian secara bertahap,” jelasnya.

Melihat kondisi tersebut, tambah Yusuf, yang penting dalam pemberian insentif pajak terutama PPnBM adalah momentum. “Insentif akan bekerja lebih optimal apabila insentif pajak diberikan ketika proses pemulihan ekonomi sudah berjalan lebih stabil maka insentif pajak umumnya akan memberikan dampak yang lebih optimal terhadap industri,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper