Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berupaya mendorong permintaan dan penawaran di sektor manufaktur, khususnya otomotif yang lesu karena pandemi Covid-19 dengan kebijakan yang bakal dirilis berupa insentif penurunan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa stimulus tersebut umumnya menyasar kepada kelompok menengah ke atas. Kendati begitu, segmen masyaraka itu justru dinilai cenderung menabung dibandingkan berbelanja.
Dengan kondisi pemulihan ekonomi yang belum stabil, jelasnya, masyarakat tentu akan meningkatkan jumlah tabungan untuk mengantisipasi jika kondisi tidak lebih baik setelah berbagai upaya pemerintah dalam menghentikan penyebaran pandemi yang sangat krusial.
“Insentif pajak menjadi tidak masalah asalakan dilakukan di momentum yang pas dan mendahulukan skala prioritas. Momentum yang pas adalah ketika pemulihan ekonomi sudah berjalan lebih stabil dan cepat karena penanganan dari sisi kesehatan sudah optimal,” katanya saat dihubungi, Minggu, (14/2/2021).
Yusuf menjelaskan bahwa kebijakan tersebut sangat menguntungkan industri otomotif. Sektor ini merupakan salah satu yang strategis karena merupakan salah satu yang terbesar dan sifatnya industri padat karya.
Kendati begitu, dia mengatakan bila melihat data kuartal IV/2020, justru produksi mobil meningkat 84 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penjualannya pun meningkat 43 persen.
Baca Juga
Artinya, jelas dia, kinerja industri otomotif tidak terlalu buruk dibandingkan yang lain. Oleh karena itu, tanpa insentif sektor tersebut dinilai masih bisa bertumbuh.
Menurutnya, hal tersebut akan bisa lebih maksimal apabila capaian investasi tahun lalu bisa dipertahankan. Menggeliatnya penanaman modal akan berdampak pula pada industri otomotif.
“Sebenarnya dengan mendorong proses pemulihan ekonomi penjualan kendaraan bermotor akan mengalami perbaikian secara bertahap,” jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, tambah Yusuf, yang penting dalam pemberian insentif pajak terutama PPnBM adalah momentum. “Insentif akan bekerja lebih optimal apabila insentif pajak diberikan ketika proses pemulihan ekonomi sudah berjalan lebih stabil maka insentif pajak umumnya akan memberikan dampak yang lebih optimal terhadap industri,” ucapnya.