Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyiapkan beberapa simulasi penanganan pengaturan arus lalu lintas apabila terjadi gangguan sistem transportasi darat akibat cuaca ekstrem pada periode Januari–Februari 2021.
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi berharap Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN), Ditlantas Polda, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD), Dinas Perhubungan Daerah serta instansi lain yang terkait dapat bersinergi dan berkoordinasi di lapangan untuk mengantisipasi dampak terhadap sektor transportasi.
"Sejauh ini telah disiapkan beberapa simulasi penanganan pengaturan arus lalu lintas bila terjadi bencana banjir dan tanah longsor di ruas jalan," kata Budi, Kamis (11/2/2021).
Dia menyebutkan, pertama menyiapkan contra flow yaitu melakukan rekayasa lalu lintas lawan arus yang didukung dengan rambu-rambu pengaman. Kedua, sistem buka tutup yang akan dilakukan melalui rekayasa lalu linta buka tutup jalan jika terjadi bencana.
Ketiga, pengalihan arus lalu lintas menuju jalur alternatif. Keempat, melakukan pengamanan dan pengaturan lalu lintas oleh petugas.
Budi menambahkan ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam yang disebabkan oleh curah hujan tinggi, yakni terganggunya sistem logistik nasional, keselamatan serta mobilisasi masyarakat pengguna jalan akan terganggu, serta kerusakan infrastruktur karena kerusakan jalan akibat longsor dan banjir.
Baca Juga
Sementara itu, Pelaksana Harian Deputi Bidang Meteorologi BMKG Eko Prasetyo menyatakan potensi hujan Sedang hingga Lebat dalam seminggu ke depan secara umum dapat terjadi di beberapa wilayah seperti Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
"Provinsi-provinsi yang terdampak banjir dalam status siaga adalah Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada wilayah selatan Indonesia berpotensi memiliki tekanan udara yang rendah sehingga bisa menjadi bibit badai tropis dan angin kencang," ujarnya.