Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2020 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan materi yang dipaparkan Gubernur BI Perry Warjiyo dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara virtual, pada triwulan I/2020 transaksi berjalan mengalami defisit 1,34 persen dari produk domestik bruto (PDB). Periode selanjutnya minus 1,2 persen dan kuartal III 2,1 persen.
“Secara keseluruhan defisit transaksi berjalan tahun lalu kami perkirakan 0,5 persen dari PDB. Tahun ini kurang lebih antara 1 persen sampai 2 persen dari PDB atau titik tengah 1,5 persen,” kata Perry, Selasa (9/2/2021).
Sebelumnya, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2020 akan berada di bawah 1,5 persen. Defisit tahun ini dan 2020 lebih baik dari realisasi sebelumnya. Pada 2019, transaksi berjalan minus 2,71 persen dan tahun sebelumnya minus 2,94 persen.
Sementara itu, Perry menjelaskan bahwa secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus mendukung stabilitas nilai tukar dan cadangan devisa. Bulan lalu angkanya mencapai US$138 miliar.
“Ini menurut catatan kami salah satu yang tertinggi selama Indonesia punya cadangan devisa,” jelasnya.
Baca Juga
Cadangan devisa Indonesia pada kuartal I sampai III secara berturut-turut yaitu US$121 miliar, US$131,7 miliar, dan US$135,2 miliar. Sementara pada 2019 secara keseluruhan US$129,2 miliar dan 2018 US$120,7 miliar.