Bisnis.com, JAKARTA – Kontraktor kontrak kerja sama pemegang participating interest Blok Cepu tengah merancang rencana kerja strategi guna menekan laju penurunan produksi.
Adapun pemegang participating interest (PI) terbagi atas 7 perusahaan yakni PT Pertamina EP Cepu dengan porsi 45 persen; ExxonMobil Cepu Ltd. 20,5 persen; Ampolex (Cepu) Pte. Ltd. sebesar 24,5 persen; PT Sarana Patra Hulu Cepu 1,09 persen; PT Asri Dharma Sejahtera 4,48 persen; PT Blora Patragas Hulu 2,18 persen; dan PT Petrogras Jatim Utama Cendana 2,24 persen.
Direktur Utama Pertamina EP Cepu Bapak Awang Lazuardi mengatakan terkait dengan proyeksi penurunan produksi yang akan mulai terjadi pada tahun ini, perseroan akan berkoordinasi secara intensif dengan sejumlah mitra.
Menurut Lazuardi, Pertamina EP Cepu akan secara aktif berkomunikasi dengan ExxonMobil Cepu selaku operator lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris, serta pemegang PI lainnya.
Di samping itu, bersama dengan Pertamina Hulu Energi selaku subholding perseroan dan SKK Migas, ia akan menyusun langkah-langkah strategis selanjutnya.
Adapun, rencana kerja itu sebagai salah satu upaya menahan laju penurunan produksi di Blok Cepu dengan berbagai kegiatan yaitu adalah maintaining reservoir pressure, well intervention/services, dan preventive maintenance.
Baca Juga
"Koordinasi dengan EMCL, mitra kerja kami, SKK Migas akan terus dilakukan dalam menyusun rencana kerja dan eksekusinya," katanya kepada Bisnis, Minggu (7/2/2021).
Sebelumnya, PT ExxonMobil Indonesia tengah menjajaki seluruh opsi guna mengoptimalkan produksi di Blok Cepu yang sudah memasuki masa puncaknya.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Azi N. Alam mengatakan ExxonMobil terus menjajaki opsi-opsi untuk mengoptimalkan produksi Blok Cepu secara aman dan andal, bersama SKK Migas, dan para mitra.
“Sebagai tulang punggung produksi minyak nasional, kami berharap dapat memproduksikan lebih dari 2 kali lipat dari ekspektasi awal,” ujarnya.
Azi menjelaskan berdasarkan hasil kajian teknis ExxonMobil, recoverable reserve lapangan Banyu Urip telah meningkat lebih dari 2 kali lipat dari plan of development POD awal sebesar 450 juta barel minyak (MMBO) menjadi 940 MMBO.
Awal tahun ini, lapangan Banyu Urip telah melampaui komitmen POD awalnya dengan memproduksi lebih dari 450 MMBO sejak start up pada Januari 2016.
Azi mengungkapkan, sesuai dengan POD Banyu Urip, periode puncak produksi diperkirakan sekitar 2 tahun dengan rata-rata produksi tahunan sebesar 165.000 barel minyak per hari (BOPD).
Kendati demikian, semenjak full facility start up, ExxonMobil telah berproduksi puncak hingga 225.000 BOPD selama sekitar 5 tahun. Dengan kata lain, laju produksi telah meningkat sebesar 30 persen dari POD awal, dan puncak produksi 3 tahun lebih lama dari perkiraan semula.
Karenakan karakteristik alami dari reservoir yang umum berlaku di seluruh dunia, ExxonMobil memperkirakan produksi minyak Banyu Urip akan menurun.
“Di samping upaya berkelanjutan kami untuk terus mengoptimalkan produksi, kami telah mempertahankan kinerja keselamatan dan keandalan yang luar biasa serta pengoperasian yang hemat biaya,” jelasnya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan posisi wilayah kerja (WK) Cepu memiliki peranan dan kontribusi yang besar terhadap capaian migas nasional.
WK Cepu memegang porsi yang paling besar sejak 2017 dan diperkirakan hingga tahun ini dengan kontribusi mencapai 30 persen dari produksi nasional.
Namun, WK Cepu akan memasuki masa puncak produksinya pada tahun ini dan akan mulai mengalami penurunan produksi mulai tahun depan. Adapun, masa kontrak bagi hasil WK Cepu terhitung sejak 2005 hingga 2035.
“Target 2021 WK Cepu menghasilkan 219.860 barel minyak per hari dan 55,16 MMscfd,” jelasnya.