Bisnis.com, JAKARTA – PT ASDP Indonesia Ferry akan membangun dermaga eksekutif baru yang letaknya tidak jauh dari Dermaga 6 Pelabuhan Merak. Dermaga baru yang ditarget rampung sebelum Lebaran ini diprioritaskan bagi operator swasta guna menepis isu monopoli.
Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan dermaga baru akan dibangun pada tahun ini dengan target penyelesaian sebelum Lebaran tahun ini. Jarak dermaga baru ini pun hanya 300 meter hingga 350 meter dari dermaga eksekutif sebelumnya.
Pembangunan dermaga baru eksekutif II ini akan dilakukan oleh ASDP dan diprioritaskan bagi operator swasta. “Kami menilai ada niat baik dari ASDP untuk menyiapkan hal tersebut. Hasil rapat lalu, [ASDP] akan membangun dermaga eksekutif II yang jaraknya 300 meter hingga 350 meter dengan dermaga eksekutif I dan akan diselesaikan sebelum Lebaran ini,” ujarnya, Minggu (7/2/2021).
Dermaga eksekutif berbeda dengan dermaga regular. Hal yang membedakannya ialah terminal kapal tersebut melayani dengan standar pelayanan minimum (SPM) yang khusus. Perbedaan lainnya adalah bahwa dermaga eksekutif memiliki fasilitas yang lebih bersih dan dilengkapi dengan pangatur suhu ruangan (AC). Jika ingin memasuki kapal, penumpang cukup melewati garbarata yang tersambung langsung ke kapal.
Kemudian kapal yang beroperasi pun hanya secara khusus milik ASDP. Selain itu karena kelas eksekutif, maka tarif yang dikenakan juga sedikit lebih mahal dibandingkan dengan dermaga regular. Dampaknya juga terasa terkait dengan lama perjalanan dengan kapal eksekutif hanya memakan waktu selama satu jam. Kalau kapal reguler kira-kira hingga dua jam, bisa lebih.
Selain itu kapal eksekutif memiliki area parkir khusus kendaraan pribadi. Berbeda dengan kapal reguler yang membuat mobil pribadi menyatu dengan truk atau bis.
Baca Juga
Sebelumnya, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dinilai melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha Tidak Sehat karena memonopoli Dermaga 6 Pelabuhan Merak. Akibatnya, pelayanan dermaga eksekutif itu kurang maksimal sehingga berpotensi merugikan konsumen.
Hal itu disampaikan oleh pemerhati transportasi dan logistik Bambang Haryo Soekartono. Menurut Bambang, Dermaga 6 seharusnya tidak boleh dimonopoli oleh satu perusahaan penyeberangan karena dermaga itu dibangun menggunakan anggaran negara. Selain itu, sarana dan prasarananya harus benar-benar memenuhi standar pelayanan kelas eksekutif.
“Selama ini, Dermaga 6 hanya dilayani oleh kapal-kapal ASDP, padahal ada operator swasta yang memiliki kapal-kapal terbaik dan sering mendapatkan penghargaan pelayanan prima dari Kementerian Perhubungan,” katanya.
Menurutnya semestinya semua operator kapal yang memenuhi standar eksekutif diberikan tempat di Dermaga 6. Dia menuturkan Dermaga 6 dibangun menggunakan dana APBN tahun 2012 dan PMN (Penyertaan Modal Negara) Rp1 triliun pada 2016-2017 yang diajukan ASDP melalui DPR RI.
Bambang yang juga Ketua Dewan Penasihat DPP Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) menunjukkan kapal-kapal yang sandar di Dermaga 6 mayoritas panjang 110 meter, bahkan ada yang panjangnya cuma 80-an meter. “Untuk menjamin kapasitas angkut, kapal di sana harusnya besar minimal panjang 160-180 meter atau sesuai dengan ukuran kade yang disiapkan," ujarnya.
Dari sisi kecepatan, lanjut Bambang Haryo, kapal yang melayani Dermaga 6 harus di atas 15 knot sehingga masyarakat benar-benar merasakan percepatan penyeberangan. Kenyataannya, kapal-kapal di dermaga itu rata-rata jauh di bawah 15 knot atau di bawah standar kecepatan kapal eksekutif.
Dalam hal kenyamanan, fasilitas kapal juga harus berbeda dari kapal regular, misalnya tersedia lift atau eskalator ke geladak, kamar kelas eksekutif dan fasilitas VIP lainnya.
“Jadi, bukan hanya prasarana atau dermaganya yang kelas eksekutif, kapal-kapalnya juga harus benar-benar memenuhi standar eksekutif. Kapal-kapalnya harus yang terbaik, jangan kapal-kapal unyil (kecil) dan tua, apalagi sering rusak seperti KMP Portlink 3 yang sempat rusak hingga setahun. Berikan kesempatan kepada kapal-kapal lain yang sering mendapatkan penghargaan dari Kemenhub sebagai reward,” ungkapnya.