Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Mamin Diklaim Masih Sesuai dengan Prediksi

Industri makanan dan minuman mencatat pertumbuhan di level 1,6 persen sepanjang tahun lalu. Angka itu sesuai dengan proyeksi pertumbuhan pelaku industri yang berkisar 1 hingga 2 persen.
Ilustrasi: Pekerja mengemas produk minuman kopi serbuk di pabrik produk hilir PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah./Antara/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi: Pekerja mengemas produk minuman kopi serbuk di pabrik produk hilir PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Banaran, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah./Antara/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Industri makanan dan minuman mencatat pertumbuhan di level 1,6 persen sepanjang tahun lalu sesuai dengan hasil yang dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Adhi S. Lukman mengatakan angka itu sesuai dengan proyeksi pertumbuhan pelaku industri yang berkisar 1 hingga 2 persen.

Adapun pada kuartal I/2021 Adhi menyebut kinerja akan didorong oleh periode persiapan Ramadan dan Lebaran.

"Secara kuartalan kami belum membuat proyeksi, tetapi tetap optimistis akan positif untuk mencapai pertumbuhan tahun ini di level 5 hingga 7 persen. Sejauh ini produksi pabrik juga masih berjalan lancar belum ada keluhan dari anggota," katanya kepada Bisnis pada Minggu (7/2/2021).

Adhi menyebut dari sisi bahan baku, untuk gula industri izin impor juga sudah dikantongi 1,9 juta ton sepanjang semester I/2021. Secara prinsip industri juga sudah mengantongi izin 3,3 juta ton selama setahun.

Angka itu dirasa akan cukup memenuhi kebutuhan industri dengan menghitung kenaikan yang akan terjadi pada tahun ini.

Sementara itu, untuk garam industri Adhi juga menyebut tidak ada masalah yang berarti untuk persiapan hingga Idulfitri, karena Kementerian Perindustrian sudah menyetujui impor dengan syarat penyerapan untuk 1,5 juta ton pada musim ini.

"Izin impornya saya sedikit lupa, kalau tidak salah sekitar 600.000 ton untuk total setahun," ujarnya.

Adapun pada tahun ini, Adhi menyebut pelaku ritel sudah lebih optimistis dalam menyambut momentum Ramadan dan Lebaran. Menurutnya, dari sisi konsumen juga sudah dinilai cukup belajar dengan adanya Covid-19 setahun terakhir ini.

Sementara itu, faktor pendorong lain tentu dari sisi insentif yang diberikan pemerintah baik untuk masyarakat kelas bawah, pekerja, hingga pelaku usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper