Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia memproyeksi tingkat inflasi akan kembali bergerak ke level 3 persen hingga akhir 2021 meski masih tercatat rendah pada bulan pertama tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Januari 2021 adalah sebesar 0,26 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Secara tahunan, inflasi mencapai 1,55 persen (year-on-year/yoy).
Perry mengatakan inflasi pada awal tahun ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas pangan karena terganggunya pasokan akibat bencana yang banyak terjadi di beberapa daerah.
Sementara inflasi inti pada periode tersebut masih tercatat rendah, yaitu hanya sebesar 0,14 persen mtm dan 1,56 persen secara yoy. Tingkat inflasi inti ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat masih lemah.
Dia memproyeksi, konsumsi masyarakat ke depan akan mengalami peningkatan sejalan dengan berbagai upaya pemerintah dalam mendorong naiknya sisi permintaan.
“Kalau sekarang masih di bawah 2 persen, dengan ekonomi naik, inflasi akan naik,” katanya, Senin (1/2/2021).
Baca Juga
Perry optimistis tingkal inflasi pada tahunini akan kembali ke level sasaran BI, yaitu sebesar 2 hingga 4 persen, meningkat dari inflasi pada 2020 yang hanya mencapai 1,68 persen.
Berdasarkan laporan BPS, penyumbang terbesar inflasi berasal dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami inflasi sebesar 0,81 persen mtm dan memberikan andil ke inflasi sebesar 0,21 persen.
Jika dirincikan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan sumbangan ke inflasi, yaitu cabai rawit yang memberikan andil ke inflasi 0,08 persen, kemudian ikan segar memberikan andil 0,04 persen.
Di samping itu, kenaikan harga tempe juga memberikan andil ke inflasi sebesar 0,03 persen dan kenaikan tahu mentah memberikan andil sebesar 0,02 persen.