Bisnis.com, JAKARTA — Roatex Ltd. akan memulai konstruksi sistem transaksi tol nontunai nirsentuh (TTNN) berbasis multi-lane free flow pada awal semester II/2021. Perjanjian konsesi dengan pemerintah dinilai menjadi kunci kecepatan pengerjaan proyek tersebut.
Chief Representative Roatex Musfihin Dahlan mengetakan bahwa pihaknya C
“Pertengahan tahun ini kami mulai konstruksi, tapi itu subject pada perjanjian konsesi kerja sama dengan pemerintah. Awal 2022, sebagian [teknologi sistem TTNN] sudah bisa implementasi. Akhir 2022, [seluruh ruas tol di] Jawa—Bali kami harapkan sudah bisa [terpasang teknologi kami]," katanya kepada Bisnis, Jumat (29/1/2021).
Proyek MLFF merupakan teknologi transaksi tol nontunai nirsentuh dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem transaksi dan pelayanan di jalan tol.
MLFF adalah proses pembayaran tol tanpa berhenti yang berarti pengguna jalan tol tidak harus menghentikan kendaraannya di gerbang tol. Hal ini dapat terlaksana jika perilaku pengguna jalan tol sudah terbiasa dengan pembayaran dengan nontunai.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menyatakan bahwa penerapan single lane free flow (SLFF) sebagai tahap pertama mengingat teknologi nirsentuh digunakan tanpa adanya peralihan teknologi. Adapun, metode MLFF akan digunakan pada awal 2022.
Baca Juga
Musfihin menyampaikan bahwa pihaknya akan melewati tahap penerapan SLFF dan langsung menerapkan MLFF. Roatex berencana untuk memulai pengujian sistem TTNN berbasis MLFF pada kuartal I/2022.
"Pertengahan 2022 [target progresnya] sudah 50 persen, tapi kami ikut BPJT, kan kami mengerjakan proyeknya BPJT," ucapnya.
Proyek ini akan diimplementasikan di jalan tol sepanjang 1.713 kilometer dengan nilai investasi Rp4,06 triliun. Pemrakarsa proyek tersebut yaitu Roatex Ltd. Zrt., National Toll Payment Service Plc., MFB Hungarian Development Bank.
Adapun, Bank Indonesia dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah melakukan kerja sama untuk mengembangkan elektronifikasi di seluruh jalan tol sejak 2017.
Setelah tahap elektronifikasi pada 2017, dilakukan tahap integrasi sistem ruas jalan tol serta pembentukan konsorsium electronic toll collection (ETC).
Berdasarkan dokumen yang diunduh dari laman resmi BPJT, proyek sistem transaksi tol tersebut memiliki waktu kerja sama hingga 10 tahun. Adapun, nilai investasi yang diajukan oleh Roatex adalah Rp6,45 triliun.
Sementara itu, lump sum service fee tahun pertama operasi yang ditawarkan Roatex mencapai Rp1,21 triliun. Selain itu, service fee per toll lane tahun pertama operasi komersialnya mencapai Rp549 juta.