Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 membuat masyarakat ingin memiliki rumah dan tinggal di klaster yang tak terinfeksi.
Rumah.com kembali melansir Consumer Sentiment Study yang menyurvei minat serta opini lebih dari 1.000 responden pencari rumah di Indonesia.
Berbeda dari semester sebelumnya, jumlah pencari rumah yang mengaku menunda transaksi properti mulai berkurang dari sebelumnya 60 persen menjadi 52 persen.
Laporan ini menjadi angin segar di tengah perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah Jawa-Bali yang berdampak pada berbagai sektor termasuk properti.
Country Manager Rumah.com MarineNovita mengatakan walaupun penanganan pandemi masih jauh dari selesai, kebutuhan terhadap hunian bukan hal yang bisa terus ditunda.
Setelah mengalami penurunan pada awal pandemi, Sentiment Index pada semester pertama 2021 ini meningkat 3 poin ke angka 73, ini posisi yang lebih baik bahkan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga
Indeks Sentimen Konsumen adalah data longitudinal yang diambil Rumah.com menggambarkan indikasi optimisme, kepuasan, dan minat terhadap properti.
Rumah.com Consumer Sentiment Study adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura.
Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1.078 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada Juli hingga Desember 2020. Survei ini dilakukan untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Tanah Air.
Temuan lainnya dari Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2021 tersebut adalah 50 persen responden menyatakan untuk menghindari membeli hunian di klaster yang penghuninya ada yang sudah positif Covid-19.
Angka ini merupakan kenaikan dibandingkan dengan hasil survei pada semester sebelumnya yang mencatat 40 persen responden menghindari hunian dengan penghuni yang sudah terinfeksi Covid-19.
“Temuan ini dapat menjadi indikasi semakin dekatnya lingkungan yang terpapar wabah sehingga upaya edukasi untuk mengurangi kekhawatiran yang berlebihan harus dilakukan oleh pemerintah dan industri terkait," ujarnya melalui keterangan tertulis pada Rabu (27/1/2021).
Tantangan lainnya adalah adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ataupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sedang berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia termasuk social dan physical distancing telah memengaruhi bagaimana pencari rumah mendapatkan informasi tentang hunian yang akan dibeli termasuk ketika ingin melihat secara langsung unit idaman mereka.
Hal tersebut juga tercermin dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2021 dengan 48 persen responden menyatakan kesulitannya melihat secara langsung unit hunian yang akan dibeli. Angka ini naik 3 persen dibandingkan dengan survei pada semester sebelumnya.
Selain itu, 38 persen responden kesulitan atau terlambat untuk mendapatkan kredit pemilikan rumah (KPR). Angka ini naik 5 persen dibandingkan dengan survei pada semester sebelumnya.
Investor Properti
Di sisi investor properti, meskipun mayoritas saat ini masih ragu untuk berinvestasi, satu dari empat investor atau 23 persen responden melihat periode ini sebagai saat yang bagus untuk melakukan investasi properti.
Sementara 40 persen responden lainnya memilih menunggu melakukan investasi properti hingga pandemi selesai. Sebagian kecil lainnya yaitu 17 persen responden menyatakan tidak ada perubahan dalam rencana investasinya dan 14 persen lainnya ragu untuk berinvestasi properti sekarang.
Situasi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ataupun merumahkan karyawannya menyebabkan tidak stabilnya pekerjaan ataupun gaji dan itu menjadi kekhawatiran utama bagi karyawan untuk mengambil KPR.
"Hal ini seperti dinyatakan oleh 63 persen responden dan merupakan lonjakan dari 46 persen responden pada survei semester sebelumnya," tuturnya.
Sementara itu, uang muka yang tidak terjangkau juga masih menjadi kendala bagi mereka yang akan membeli rumah. Hal tersebut dinyatakan oleh 42 persen responden, ini merupakan penurunan dari 51 responden pada survei semester sebelumnya.
Tren positif industri properti Indonesia selama pandemi juga terlihat dari tetap tingginya minat masyarakat untuk memiliki properti sendiri baik untuk dihuni maupun investasi. Bahkan minat membeli properti untuk investasi melonjak dibandingkan dengan semester sebelumnya.
Dari hasil survei, 64 responden memiliki minat membeli properti untuk dihuni. Ini kenaikan dari angka 60 responden pada semester sebelumnya. Lalu minat membeli properti sebagai investasi melompat dari 39 persen responden pada semester sebelumnya menjadi 49 persen.
"Tetap tingginya minat masyarakat untuk membeli properti tersebut juga sejalan dengan adanya kenaikan kepuasan masyarakat terhadap tindakan dan kebijakan pemerintah untuk menstabilkan pasar properti khususnya dalam situasi krisis seperti sekarang ini," tuturnya.
Hal ini dinyatakan oleh 45 persen responden yang menyatakan kepuasannya, naik drastis dari hanya 32 responden pada semester sebelumnya. Sementara itu, yang menyatakan ketidakpuasannya hanya 16 persen responden, turun dari 24 persen responden pada semester sebelumnya.
Penurunan Bunga KPR
Secara umum masyarakat mengharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan dan tindakan terutama agar bisa menurunkan suku bunga KPR dinyatakan oleh 85 persen responden, menurunkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dinyatakan 68 persen responden, menurunkan besaran uang muka dinyatakan 67 persen, memperpanjang jangka waktu tenor pinjaman dinyatakan 49 persen, dan penundaan pembayaran cicilan selama pandemi dinyatakan oleh 30 persen responden.
Marine menjelaskan bahwa secara umum dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2021 dapat disimpulkan bahwa lebih banyak masyarakat yang sekarang menghindari klaster terinfeksi daripada sebelumnya dan lebih sedikit masyarakat yang menyatakan penundaan dalam transaksi properti daripada sebelumnya.
Selain itu, lebih banyak masyarakat berpenghasilan menengah dan dari kelompok usia paruh baya yang menghadapi penundaan transaksi properti.
Sementara itu, masyarakat berpenghasilan lebih rendah cenderung menghindari membeli hunian di klaster yang terinfeksi. Generasi muda Indonesia memiliki niat lebih tinggi untuk memiliki rumah sendiri sekarang setelah menghabiskan lebih banyak waktu di rumah selama pandemi Covid-19.
Menurut Marine, di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sampai sekarang ini, apalagi dengan pelaksanaan PPKM, protokol kesehatan yang selama ini sudah berjalan bisa terus diterapkan termasuk di industri properti.
Bagi konsumen yang pertama kali akan membeli rumah, saat ini tidak harus langsung mendatangi showroom atau unit contoh yang ditawarkan pengembang.
Saat ini yang paling penting dilakukan calon pencari rumah dan keluarga muda adalah mempelajari dahulu proses pembelian rumah, membandingkan suku bunga dan pilihan pembiayaan, serta mempersiapkan keuangan pribadi agar lebih siap secara finansial ketika akhirnya membuat keputusan.