Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Rayon Diminta Gencar Promosi

Produsen rayon dalam negeri diminta lebih gencar memasarkan hasil produksinya pada industri penenunan guna meningkatkan konsumsi pada masyarakat.
Pekerja menjemur kain rayon untuk bahan busana bermotif dan kain pantai di Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (2/1/2020)./ANTARA - Maulana Surya
Pekerja menjemur kain rayon untuk bahan busana bermotif dan kain pantai di Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (2/1/2020)./ANTARA - Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen rayon dalam negeri diminta lebih gencar memasarkan hasil produksinya pada industri penenunan guna meningkatkan konsumsi pada masyarakat.

Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) Suharno Rusdi mengatakan dengan postur Indonesia yang kaya akan serat alam dan memiliki luas lahan hutan yang besar berikut pinus yang bagus maka bahan rayon sangat berpeluang besar untuk dikembangkan.

Selaras dengan hal itu, maka diharapkan akan mengurangi penggunaan serat katun yang saat ini impornya masih sekitar 1 juta ton dan sekarang mulai berkurang menjadi sekitar 800.000 ton.

"Kita impor serat sintetis itu masih 65 persen padahal kalau rayon bisa meningkat permintaannya maka diharapkan akan dapat mengurangi impor. Jadi seperti PT APR [Asia Pasific Rayon] sudah memulai sebenarnya sayang belum sampai ke bawah," ujar Suharno dalam jumpa media virtual yang dikutip, Jumat (15/1/2021).

Dia menyebut upaya-upaya di atas dinilia akan mampu mengurangi ketergantungan bahan baku impor sebagai penguatan struktur fundamental yang sangat penting dalam memperbaiki struktur industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini.

Suharno pun menyebut 10 tahun yang lalu industri ini masih bisa berjaya karena memiliki biaya produksi yang kompetitif tidak seperti saat ini yang mana laju kenaikan upah buruh tidak dapat diimbangi produsen. Untuk itu, modernisasi industri dan penguatan bahan baku dalam negeri harus menjadi yang utama dalam pembenahan.

Sementara jika mengandalkan kebijakan dari pemerintah maka tidak akan langgeng, karena bersifat jangka pendek dan tergantung pada Menteri yang sedang menjabat.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja sebelumnya juga telah meminta industri baik skala besar, menengah, dan kecil diminta mulai mengutamakan penggunaan bahan baku serat rayon dan poliester, alih-alih katun yang selama ini didapat dengan impor.

Menurutnya, di dalam negeri industri hulu memiliki kapasitas produksi serat rayon dan polyester yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dari segi keunggulan dan harga dua bahan baku tersebut tidak kalah dengan katun.

"Hingga Agustus 2020 kapasitas rayon Nasional sudah mencapai 800.000 ton per tahun begitu pula poliester yang pada 2022 diproyeksi dapat mencapai 1 juta ton per tahun. Dengan pertimbangan tersebut, diharapkan produsen dalam negeri mulai beralih menggunakan bahan baku serat rayon dan poliester," ujarnya.

Jemmy menyebut dari sisi kualitas, keunggulan rayon dibanding katun di antaranya bahan lebih lembut tidak mudah kusut dan warna lebih baik. Adapun untuk polyester dibanding katun juga terbukti lebih tahan lama, tahan jamur dan bakteri, serta perawatannya lebih mudah.

"Rayon dan polyester tidak kalah dengan katun banyak produsen luar yang juga menggunakannya sebagai bahan baku utama. Belum lagi sifat ramah lingkungan rayon dan tahan lama polyester sejalan dengan konsep sustainability," kata Jemmy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper